Oleh. Rozz Imperata
Malam ini, malam tahun baru. Suatu malam di mana jalan penuh dengan
rombongan menusia di atas kendaraannya, udara mulai panas dan berkabutkan asap
kenalpot, serta bisingnya suara-suara baru yang mengiang di telinga. Merayakan
malam tahun di luar sana, jauh dari nyamannya selimut di atas kasur, seakan
menjadi keharusan. Entah diajak teman, sehingga malu menolak, ataupun karena
hasrat sendiri.
Pada malam tahun baru, banyak yang berdoa agar menjadi lebih baik
lagi di tahun berikutnya. Namun, kadang doa itu tak sampai di hati, sekedar
terucap di ujung lidah. Usai sholat Maghrib, doa dilantunkan. Namun setelah
berdoa segera bergegas keluar merayakan tahun baru, kadang sampai berani
meninggalkan sholat Isya’, karena takut macet kalau nunggu sholat Isya’. Entah
apa yang dimaksud ingin menjadi lebih baik di tahun berikutnya, jika cara yang
dilakukan seperti ini.
Tinggalkan sejenak kesenangan di luar sana untuk “muhasabah” koreksi
diri. Adapun ingin jalan-jalan menikmati indahnya malam, pastikan sewajarnya
saja. Tak perlu membawa kendaraan, jalan kaki lebih menyehatkan tubuh. Tak
perlu uang yang banyak, simpanlah di rumah, setidaknya itu bisa mengamankan
diri dari intaian pencuri. Tak perlu jauh-jauh karena alasan ramai dan gemerlap
kembang api, yang jauh belum tentu aman.
Berbicara tentang koreksi diri atau renungan. Gagne, dalam bukunya The
Conditions of Learning, mengemukakan bahwa belajar merupakan sejenis
perubahan tingkah laku yang berbeda dari keadaan sebelumnya. Hal ini sejalan
dengan mereka yang berharap dengan doanya untuk menjadi lebih baik lagi di
tahun berikutnya. Mereka yang mengalami perubahan (dalam hal ini adalah
perubahan ke arah yang lebih baik), maka dapat dikatakan telah belajar.
Sebaliknya, mereka yang tidak lebih baik, maka mereka gagal dalam belajar
selama setahun.
Anggap saja malam tahun baru sebagai ajang evaluasi bagi diri kita.
Sebagai gerbang awal kita menuju dunia baru yang penuh dengan energi positif,
pastinya lebih baik daripada kemarin. Mungkin bulan januari lalu kita pernah
jatuh ke dalam lubang, maka tutuplah lubang itu, sehingga kita tak lagi jatuh
di lubang yang sama.
Tetapkan harapkan, kuatkan tekad, lalu wujudkan. Jangan pernah puas
dengan apa yang kita punya saat ini, namun bukan berarti tidak bersyukur. Tak
cukup jika hanya membawa bekal yang ada saat ini untuk hidup di masa depan. Masa
depan terkadang sangat jauh berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Mereka yang
sudah mempersiapkan saja kadang kelabakan, lalu bagaimana dengan mereka yang
dudukd diam pasrah menanti masa depan dengan wajah keragu-raguannya. Jangan
ragu, siapkan apa yang perlu dipersiapkan.
Bersyukur dan berusaha adalah cara terbaik untuk mewujudkan doa di
atas. Lupakan kesedihan, bersyukurlah dengan cara memaksimalkan apa yang telah
diberikan Allah kepada kita. Jangan pernah ragu untuk selalu berusaha menjadi
lebih baik. Jika kita tak pernah menemui
rintangan dalam hidup kita, maka bisa jadi saat itu kita tidak berjalan sama
sekali.
0 komentar:
Posting Komentar