Kini Ilalang Kecil Tak Lagi Sendiri

Sejak kecil Ilalang itu sendirian. Tak punya kawan, tak ada yang melihat, apalagi merawat. Tak heran, Ilalang itu selalu berulah, ingin diakui keberadaannya.

Bangga Menjadi Anak Petani

Pagi hari tak begitu berat bagi Ilalang. Namun, tidak bagi laki-laki paruh baya yang di pagi harinya harus bergegas pergi ke sawah sebagai seorang petani desa. Petani desa tersebut merupakan ayah dari Ilalang. Walau mereka bapak dan anak, namun mereka tak satu atap.

Televisi; hiburan, pendidikan atau perusak moral

Jangan biarkan anak menyaksikan acara yang tidak sesuai dengan usianya. Orang tua menemani sang anak nonton, bukan malah orang tua yang ditemani anak menonton televisi.

Antara Teori mengajar menurut Howard dengan Sepenggal kisah belajar Naruto

Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana telah diimplementasikan oleh Naruto. Dalam kesehariannya berjalan menapaki kehidupan..

Satu Bulan Dalam Sanubaru Perjuangan

Seorang filsuf dan politikus Prancis bernama Charles de Montesquieu pernah mengatakan, “agar menjadi benar-benar hebat, seseorang harus berdiri dengan masyarakat, bukan berdiri di atas mereka”..

Setiap Tulisan Punya Pasarnya Sendiri

Jangan mengkerutkan dahi dan patah semangat. Ejekan seperti itu bukan menjadi alasan kita menaruh pena dan berhenti menulis. Berpikirlah positif!! Mungkin selerah mereka yang mengejek tulisan kita terlalu rendah, sehingga tidak tertarik dengan tulisan kita yang luar biasa.

Jumat, 23 Mei 2014

Tayangan Televisi yang semakin Merusak perkembangan Anak




( Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )


Dewasa ini, televisi merupakan media elektronik yang sudah tidak asing lagi bagi semua orang, bahkan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Televisi mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki cangkupan pemberitaan kepada khalayak dengan jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai program-program yang ditayangkan mampu membius pemirsanya untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Bahkan anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari televisi bahkan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar anak untuk menyaksikan acara televisi.
Berbagai acara yang ditayangkan mulai dari entertainment, infotainment, iklan, hingga sinetron dan film-film. Televisi telah mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan acara demi acara yang disusun sedemikian rupa dan menarik. Sekarang ini banyak anak-anak lebih gemar berlama-lama di depan televisi daripada belajar, bahkan banyak anak yang hampir lupa akan waktu makannya karena keasikan menyaksikan acara televisi. Tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini merupakan suatu masalah yang terjadi di lingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.
Orang tua seharusnya menemani anaknya menyaksikan televisi, bukan malah orang tua ditemani anaknya menyaksikan televisi. Hal ini yang jarang disadari oleh para orang tua. Memang orang tua menyaksikan televisi bersama dengan anaknya. Akan tetapi orang tua menyaksikan tayangan televisi yang digemarinya, bukan yang digemari anaknya, dan seorang anak menjadi teman menyaksikan bagi orang tuanya. Bahkan sangat miris ketika mengetahui masih banyak orang tua yang mementingkan egonya sendiri dengan rebutan tayangan televisi dengan anaknya, tanpa memikirkan dampak negatif yang akan terjadi kepada buah hatinya jika menyaksikan tayangan televisi yang salah. Hal ini menjadi pengaruh yang besar, namun sedikit dari para orang tua mengetahui hal ini.
Akhirnya, seorang anak dipaksa untuk menyaksikan acara televisi yang disaksikan orang tuanya, padahal belum saatnya mereka untuk menyaksikan acara televisi tersebut. Mungkin pada awalnya tidak berdampak pada si anak, akan tetapi lambat laun hal ini bisa berdampak negatif kepada anak khususnya dampak sikologinya,  disebabkan doktrin acara televisi yang tidak seharusnya ditontonya.

Selasa, 06 Mei 2014

Menoleh ke Sejarah Untuk Pendidikan Indonesia


 ( Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )


            Mengapa perlu belajar sejarah Islam? Dan apa kaitannya sejarah Islam dengan pendidikan Islam? Jika kita seorang pendidik atau calon pendidik, dua pertanyaan itu yang akan muncul di benak kita dan hal inilah yang memang benar-benar harus kita pahami. Sehingga kita bukan hanya menjadi pendidik yang asal-asalan akan tetapi benar-benar tahu hakekat seorang pendidik untuk kemaslahatan umat manusia. Karena seorang pendidik tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum akan tetapi juga dituntut untuk bisa mengajak peserta didik mengamalkan ilmu yang dipelajarinya serta menanamkan moral, perilaku yang mencerminkan jiwa manusia yang berilmu.
            Dengan kita belajar sejarah Islam, kita dapat mengkaji hal-hal yang dapat diambil dari sejarah Islam pada masa lalu untuk diterapkan di dunia pendidikan masa kini. Karena banyak sekali teladan-teladan, ajaran-ajaran dan segala peristiwa yang dapat digali dan ditelaah. Melalui sejarah, kita akan diajak menyaksikan maju mundurnya pendidikan Islam untuk kemudian direnungkan, dianalisis kemudian diambil hikmahnya untuk dijadikan bahan perbandingan dan masukan dalam membangun kemajuan pendidikan Islam di masa sekarang. Artinya semua orang harus melihat masa lalu demi kemajaun masa depan yang lebih baik lagi.
            Siapa yang tidak mengenal Rosullullah Muhammad SAW? Rasulullah merupakan sosok pendidik pertama dan utama dalam dunia pendidikan Islam. Proses dalam pengajaran ilmu pengetahuan dan transformasinya serta internalisasi nilai-nilai keagamaan dan bimbingan moral-moral yang diajarkanya dapat dikatakan sebagai mukjizat yang luar biasa dalam sejarah umat manusia. Keberhasilan pendidikan yang diajarkan Rosullullah dapat dilihat dari kemampuan para murid-muridnya yang luar biasa.