Kini Ilalang Kecil Tak Lagi Sendiri

Sejak kecil Ilalang itu sendirian. Tak punya kawan, tak ada yang melihat, apalagi merawat. Tak heran, Ilalang itu selalu berulah, ingin diakui keberadaannya.

Bangga Menjadi Anak Petani

Pagi hari tak begitu berat bagi Ilalang. Namun, tidak bagi laki-laki paruh baya yang di pagi harinya harus bergegas pergi ke sawah sebagai seorang petani desa. Petani desa tersebut merupakan ayah dari Ilalang. Walau mereka bapak dan anak, namun mereka tak satu atap.

Televisi; hiburan, pendidikan atau perusak moral

Jangan biarkan anak menyaksikan acara yang tidak sesuai dengan usianya. Orang tua menemani sang anak nonton, bukan malah orang tua yang ditemani anak menonton televisi.

Antara Teori mengajar menurut Howard dengan Sepenggal kisah belajar Naruto

Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana telah diimplementasikan oleh Naruto. Dalam kesehariannya berjalan menapaki kehidupan..

Satu Bulan Dalam Sanubaru Perjuangan

Seorang filsuf dan politikus Prancis bernama Charles de Montesquieu pernah mengatakan, “agar menjadi benar-benar hebat, seseorang harus berdiri dengan masyarakat, bukan berdiri di atas mereka”..

Setiap Tulisan Punya Pasarnya Sendiri

Jangan mengkerutkan dahi dan patah semangat. Ejekan seperti itu bukan menjadi alasan kita menaruh pena dan berhenti menulis. Berpikirlah positif!! Mungkin selerah mereka yang mengejek tulisan kita terlalu rendah, sehingga tidak tertarik dengan tulisan kita yang luar biasa.

Senin, 30 November 2015

Dua Sosok Pemuda yang Menginspirasi Perjalanan Studiku



Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin

September 2013 merupakan titik awal perjuanganku di Malang untuk menjadi mahasiswa berintelektual peradaban, yang mana istilah ini baru aku kenal pada pertengahan studiku ini. Masa awal studiku aku habiskan dengan harapan yang penuh sikap optimis untuk mendapatkan beasiswa dan yang paling penting adalah IPK yang tertinggi. Entah mengapa seiring berjalannya waktu harapan itu semakin menipis seakan hilang ditelan angin. Karena kehilangan sikap optimis? Mungkin bukan... Lalu mengapa? Jawabku, sangat tidak menarik bersaingan dengan mereka yang mendapatkan IPK tinggi melalui jalan plagiarisme dan asal tempel hingga lembaran tugasnya melampaui logika namun tidak ada relevansinya dengan rumusan masalah. Walaupun begitu aku sangat menghargai mereka dengan ketekunan dan kerajinannya, dibandingkan aku yang pemalas ini yang lebih suka makan dan tidur ketimbang menggarap tugas.
Di tengah kejenuhanku akan studiku yang penuh dengan tugas, makalah, hafalan dan sebagainya yang membosankan itu aku mulai mendalami dunia pemikiran. Banyak sekali buku yang aku baca pada waktu itu, namun hanya sedikit yang aku pahami. Buku yang pertama yang aku pahami adalah Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi – karya Kuntowijoyo. Dengan sajian bahasa yang ringan, saat itu membaca lembaran yang sedikit menyinggung persoalan tentang kaum borjuis dan kaum proletar. Mulai dari sana lah aku  mulai gemar membaca buku-buku pemikiran dan filsafat walau tidak pernah sampai tuntas baca bukunya. Hehehe
Studiku yang dulu membosankan berubah menjadi lebih asyik ketika aku kenal dengan seseorang yang gendut, imut, dan begundal (katanya) yang tiba-tiba menghiasi hariku ini. Bang Ical namanya, laki-laki berpostur kekar ini berasal dari Lombok.  Namun di balik itu aku punya masa kelam dengannya, karena bisa dibilang aku kenal dengan orang ini bukan melalui jalan yang damai. Cerita itu berawal ketika kekasihku yang berinisial A mengikuti diklat KOMP-PAS, sebuah komunitas mahasiswa yang peduli pendidikan anak bangsa.

Antara Sepatu dan Buku

 
Rozakpedia.blogspot.com - Ngajak temanku sii Kastolani beli sepatu, awalnya. Pasar besar jauh nggak dari Toga Mas? Tanya temanku yang unyu itu. Dekat sih, jawabku... Ohh ya sekalian mampir yukk, mau beli buku buat ganti buku perpustakaan yang tak hilangkan, ucap temanku. Okelah berangkat... Sesampainya di Toga Mas, kandas sudah niat beli sepatu baru sebagai pengganti sepatu Saolin Soccerku. Bukannya aku yang nemenin temanku beli buku, malah temanku menemani aku beli buku. Mungkin ini yang sering dibilang orang-orang kalau dunia itu kadang terbalik.
Yaa beginilah diriku kalau sudah kumat penyakitnya.. Uang sudah mau habis, roda sepeda motor harusnya ganti, apalagi sudah saatnya memuseumkan sepatuh tuh yang tinggal alasnya aja yang utuh. Yaa paling tidak motor masih bisa jalan dan kaki ini masih nyaman dengan sepatu penuh lubang dan sedikit bau itu. Tapi otakku yang aneh ini justru gak tega lihat masih ada sela pada rak buku yang terisi bawang dan cabai, bukannya buku.
Semoga kakiku masih sabar menunggu dan nggak cepat jamuran dengan sepatu Saolin Soccer. Karena masih banyak yang harus dikorbankan untuk jadi orang-orang hebat seperti Bang Ical, Senpai Taqwim Sensei Mi'raj dkk. Kalau kata D'masiv,, Ku kan terus berjuang dan ku kan terus bermimpi tuk hidup yang lebih baik dan hidup yang lebih indah.