Kini Ilalang Kecil Tak Lagi Sendiri

Sejak kecil Ilalang itu sendirian. Tak punya kawan, tak ada yang melihat, apalagi merawat. Tak heran, Ilalang itu selalu berulah, ingin diakui keberadaannya.

Bangga Menjadi Anak Petani

Pagi hari tak begitu berat bagi Ilalang. Namun, tidak bagi laki-laki paruh baya yang di pagi harinya harus bergegas pergi ke sawah sebagai seorang petani desa. Petani desa tersebut merupakan ayah dari Ilalang. Walau mereka bapak dan anak, namun mereka tak satu atap.

Televisi; hiburan, pendidikan atau perusak moral

Jangan biarkan anak menyaksikan acara yang tidak sesuai dengan usianya. Orang tua menemani sang anak nonton, bukan malah orang tua yang ditemani anak menonton televisi.

Antara Teori mengajar menurut Howard dengan Sepenggal kisah belajar Naruto

Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana telah diimplementasikan oleh Naruto. Dalam kesehariannya berjalan menapaki kehidupan..

Satu Bulan Dalam Sanubaru Perjuangan

Seorang filsuf dan politikus Prancis bernama Charles de Montesquieu pernah mengatakan, “agar menjadi benar-benar hebat, seseorang harus berdiri dengan masyarakat, bukan berdiri di atas mereka”..

Setiap Tulisan Punya Pasarnya Sendiri

Jangan mengkerutkan dahi dan patah semangat. Ejekan seperti itu bukan menjadi alasan kita menaruh pena dan berhenti menulis. Berpikirlah positif!! Mungkin selerah mereka yang mengejek tulisan kita terlalu rendah, sehingga tidak tertarik dengan tulisan kita yang luar biasa.

Minggu, 17 Agustus 2014

Wahai guruku, sudahkah engkau memahamiku?





(Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin)

Guru merupakan penerus dan pejuang risalah para nabi. Beban yang sangat berat berada pada pundak mereka, untuk berdakwah dan mengabdi guna mencerdaskan generasi-generasi baru. Menjadi seorang guru adalah hal yang sangat mudah, semua orang bisa melakukannya. Namun menjadi guru yang baik dan profesional bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan sembarang orang. Selain dibutuhkan ketrampilan dan keilmuan yang mumpuni, menjadi seorang guru yang hebat perlu memiliki niat dan jiwa yang tulus untuk mencerdaskan para muridnya, karena sejatinya guru bukanlah profesi komersil.
Selain penerus perjuangan para nabi, guru juga sering diartikan sebagai panggilan jiwa. Semangat juang yang mereka pegang erat menjadi ideologi yang mutlak. Bagi para murid dan orang tua, guru adalah orang tua kedua yang berada di sekolah. Maka dengan itu, seorang guru wajib mengajarkan ilmu-ilmu yang baik, serta suri tauladan yang bijak kepada para muridnya. Agar sang murid kelak akan menjadi pilar-pilar kemajuan bangsa.
Guru yang baik dan bijak ialah mereka yang selalu memperdalam keilmuanya dan selalu up to date dalam memperhatikan keadaan para muridnya. Seorang guru juga harus bisa menjadi teman dekat, bukan malah menjadi orang yang ditakuti para muridnya. Karena jika murid senang dan nyaman dengan gurunya, hal ini akan memudahkan dalam penyerapan sesuatu yang diajarkan oleh guru, begitu pula sebaliknya, jika murid merasa tertekan dan tidak nyaman dengan gurunya, hal ini akan menyebabkan murid sulit dalam menyerap sesuatu yang diajarkan oleh gurunya.
Menjadikan guru sebagai penghasilan utama merupakan suatu kekeliruan. Karena dengan hal ini banyak guru yang mengabaikan tugasnya sebagai pendidik, berpaling dari kewajibanya untuk mencerdaskan para muridnya, karena lebih mengutamakan gajinya daripada proses belajar mengajar yang baik dan benar. Tentu saja hal ini menjadi kesalahan yang fatal, karena sejatinya kesuksesan murid dipengaruhi oleh keberhasilan guru dalam mengajar.
Dalam kegiatan pendidikan sehari-hari, masih banyak dijumpai guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Namun kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak sadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan oleh guru, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan. Namun bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan begitu saja tanpa dicarikan jalan keluar yang bijak.

Di balik kesedihan dan kesenangan yang sementara





( Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )

Manusia merupakan makhluk multi dimensional. Salah satu dimensi eksistensialnya adalah dimensi afeksi dan perasaan. Dengan dimensi ini manusia terkadang merasakan kegembiraan dan keceriaan. Terkadang terkejut dan takut. Terkadang juga lantaran beberapa faktor, dirundung kesedihan dan kepiluan.
Kesedihan dan kesenangan merupakan dua hal yang berbeda, namun sebenarnya saling melengkapi. Seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bahagia, jika ia belum pernah mengalami kesedihan. Dan sebaliknya, seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya kesedihan, jika ia tidak mengerti apa itu kesenangan. Kedua hal sudah tidak bisa ditepis lagi, karena semua manusia pasti pernah mengalaminya, bahkan bisa dikatakan sudah menjadi kodrat manusia.
Kesenangan dan kebahagiaan sudah pasti merupakan idaman semua manusia. Setiap detik yang dilakukanya pasti bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan yang diinginkan, mulai dari mengumpulkan harta yang banyak, pendidikan yang tinggi, hingga keluarga yang sejahtera. Namun tidak banyak dari mereka mewujudkanya dengan cara yang benar. Demi kesenangan, seseorang rela membunuh temanya sendiri, demi harta yang berlimpah seorang pejabat menjadi koruptor, tanpa memperhatikan dampak yang terjadi di kalangan bawah. Segala macam cara menjadi halal dan syariat yang seharusnya menjadi pijakan tidak lagi dihiraukan, demi mencapai kesenangan yang diinginkan.
Berbeda dengan kebahagiaan. Kesedihan dan kesengsaraan merupakan suatu hal yang sangat tidak diinginkan semua orang, bahkan banyak dari mereka yang dirundu kesedihan putus asa dalam menjalani hidup hingga akhirnya mengakhiri hidupnya. Sungguh suatu perbuatan yang sangat disayangkan, yang mana seharusnya mereka bisa menyelesaikanya dengan baik namun diselesaikan dengan cara yang salah. Memang terkadang anggapan mereka cara satu-satunya untuk menyelesaikan masalah adalah dengan cara mengakhiri hidup, padahal dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Kebanyakan manusia tidak mengetahui, betapa dekatnya ia dengan keberhasilan disaat ia menyerah.