(Oleh.
Abdul Rozak Ali Maftuhin)
Guru
merupakan penerus dan pejuang risalah para nabi. Beban yang sangat berat berada
pada pundak mereka, untuk berdakwah dan mengabdi guna mencerdaskan
generasi-generasi baru. Menjadi seorang guru adalah hal yang sangat mudah,
semua orang bisa melakukannya. Namun menjadi guru yang baik dan profesional
bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan sembarang orang. Selain dibutuhkan
ketrampilan dan keilmuan yang mumpuni, menjadi seorang guru yang hebat perlu
memiliki niat dan jiwa yang tulus untuk mencerdaskan para muridnya, karena
sejatinya guru bukanlah profesi komersil.
Selain
penerus perjuangan para nabi, guru juga sering diartikan sebagai panggilan
jiwa. Semangat juang yang mereka pegang erat menjadi ideologi yang mutlak. Bagi
para murid dan orang tua, guru adalah orang tua kedua yang berada di sekolah.
Maka dengan itu, seorang guru wajib mengajarkan ilmu-ilmu yang baik, serta suri
tauladan yang bijak kepada para muridnya. Agar sang murid kelak akan menjadi
pilar-pilar kemajuan bangsa.
Guru
yang baik dan bijak ialah mereka yang selalu memperdalam keilmuanya dan selalu
up to date dalam memperhatikan keadaan para muridnya. Seorang guru juga harus
bisa menjadi teman dekat, bukan malah menjadi orang yang ditakuti para
muridnya. Karena jika murid senang dan nyaman dengan gurunya, hal ini akan
memudahkan dalam penyerapan sesuatu yang diajarkan oleh guru, begitu pula
sebaliknya, jika murid merasa tertekan dan tidak nyaman dengan gurunya, hal ini
akan menyebabkan murid sulit dalam menyerap sesuatu yang diajarkan oleh
gurunya.
Menjadikan
guru sebagai penghasilan utama merupakan suatu kekeliruan. Karena dengan hal
ini banyak guru yang mengabaikan tugasnya sebagai pendidik, berpaling dari
kewajibanya untuk mencerdaskan para muridnya, karena lebih mengutamakan gajinya
daripada proses belajar mengajar yang baik dan benar. Tentu saja hal ini
menjadi kesalahan yang fatal, karena sejatinya kesuksesan murid dipengaruhi
oleh keberhasilan guru dalam mengajar.
Dalam
kegiatan pendidikan sehari-hari, masih banyak dijumpai guru yang melakukan kesalahan-kesalahan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Namun kesalahan-kesalahan tersebut
sering kali tidak sadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap
hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan oleh guru, akan
berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa,
tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan. Namun bukan berarti
kesalahan guru harus dibiarkan begitu saja tanpa dicarikan jalan keluar yang
bijak.
Sebuah
misal, kesalahan yang masih sering dilakukan oleh seorang guru adalah menunggu
peserta didik berperilaku negatif. Seorang guru harus bisa mengkondisikan
keadaan kelas agar tetap tenang, mulai awal pembelajaran hingga lonceng tanda
berakhirnya pelajaran berbunyi. Namun pada realitanya, masih banyak guru yang
baru mengkondisikan ruang kelasnya setelah muridnya berbuat gaduh yang
berlebihan. Bahkan tidak jarang seorang guru akan menggunakan kata-kata yang
kasar guna mengkondisikan ruang kelasnya yang gaduh. Tentu saja hal ini
merupakan sebuah kesalahan, karena hal yang tidak baik itu sangat mungkin
dicontoh oleh murid-murid.
Filsuf
China mengatakan, tidak ada murid yang buruk, yang ada hanya guru yang buruk.
Sekilas perkataan filsuf ini memojokan posisi seorang guru, namun disisi lain
perkataan ini perlu direnungkan bersama. Karena jika diamati secara mendalam,
kalimat ini terdapat unsur kebenaran terkait murid dan guru. Seorang murid yang
secara umum masih dalam usia labil, mungkin merupakan suatu hal yang wajar
baginya jika berperilaku yang tidak semestinya, namun tidak dibenarkan untuk
membiarkan perilaku itu terus melekat pada dirinya. Dalam hal ini, peran guru
sangatlah penting dalam menata perilaku-perilaku muridnya yang tidak baik
menjadi baik, bukan malah diabaikan atau justru dijerumuskan.
Dalam
filsofofi jawa dikatakan bahwa guru merupakan akronim dari kata digugu
(diyakini) dan ditiru (dicontoh). Segala perkataan dan tindakan guru akan
selalu menjadi pusat perhatian murid. Demikian dahsyatnya pengaruh guru bagi
para muridnya, maka hendaknya guru selalu senantiasa menjaga kontemplasi diri
atas segala hal yang dipebuat. Jangan sampai perilaku buruk seorang guru
menjadi potret yang akan ditiru oleh murid-muridnya.
Memberikan bimbingan kepada anak didik
agar memiliki jiwa dan watak yang baik, mampu membedakan mana yang baik mana
yang buruk, mana yang halal mana yang haram, merupakan tugas seorang guru.
Jika seorang guru sadar akan posisinya dan menjalankan tugasnya dengan baik dan
benar, bukan suatu hal yang mustahil bagi muridnya menggapai apa yang
diimpikannya. Pesan penulis kepada para guru, Pahami dan sayangi muridmu
sebagaimana engkau melakukan itu kepada buah hatimu.
0 komentar:
Posting Komentar