Kini Ilalang Kecil Tak Lagi Sendiri

Sejak kecil Ilalang itu sendirian. Tak punya kawan, tak ada yang melihat, apalagi merawat. Tak heran, Ilalang itu selalu berulah, ingin diakui keberadaannya.

Bangga Menjadi Anak Petani

Pagi hari tak begitu berat bagi Ilalang. Namun, tidak bagi laki-laki paruh baya yang di pagi harinya harus bergegas pergi ke sawah sebagai seorang petani desa. Petani desa tersebut merupakan ayah dari Ilalang. Walau mereka bapak dan anak, namun mereka tak satu atap.

Televisi; hiburan, pendidikan atau perusak moral

Jangan biarkan anak menyaksikan acara yang tidak sesuai dengan usianya. Orang tua menemani sang anak nonton, bukan malah orang tua yang ditemani anak menonton televisi.

Antara Teori mengajar menurut Howard dengan Sepenggal kisah belajar Naruto

Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana telah diimplementasikan oleh Naruto. Dalam kesehariannya berjalan menapaki kehidupan..

Satu Bulan Dalam Sanubaru Perjuangan

Seorang filsuf dan politikus Prancis bernama Charles de Montesquieu pernah mengatakan, “agar menjadi benar-benar hebat, seseorang harus berdiri dengan masyarakat, bukan berdiri di atas mereka”..

Setiap Tulisan Punya Pasarnya Sendiri

Jangan mengkerutkan dahi dan patah semangat. Ejekan seperti itu bukan menjadi alasan kita menaruh pena dan berhenti menulis. Berpikirlah positif!! Mungkin selerah mereka yang mengejek tulisan kita terlalu rendah, sehingga tidak tertarik dengan tulisan kita yang luar biasa.

Minggu, 24 April 2016

Menikmati Perkuliahan: Kupu-kupu yang Bermetamorfosis


Oleh. Rozz Imperata
Pada tulisan kali ini, lebih tepat jika aku mengawalinya dengan bertanya, taukah engkau apa itu Kupu-kupu? Benar sekali. Kupu-kupu adalah seekor binatang bertubuh mungil yang memiliki sepasang sayap yang cantik nan dikagumi banyak orang akan kecantikannya. Kupu-kupu biasa dijumpai tengah hinggap pada seputik bunga yang mekar, di dalamnya terdapat manis madu yang siap dihisap oleh Kupu-kupu cantik itu. Perjalanannya melewati bunga demi bunga memberikan jejak yang membuat bunga itu berubah wujud menjadi secuil buah kecil yang dinantikan petani yang menanamnya.
Namun sayangnya, tidak semua Kupu-kupu bercorakkan layaknya selayang pandang di atas. Kupu-kupu yang satu ini tidak memiliki sayap untuk terbang, tak juga memiliki warna cantik yang dikagumi banyak orang akan kecantikannya. Ia mempunyai sepasang kaki untuk berjalan di atas tanah dan berwarnakan baju kusut yang menyelimutinya. Kupu-kupu yang satu ini ada karena ulat kecil yang bermetamorfosis. Ulat itu disebut keinginan dan cita-cita, bisa karena diri sendiri, orang tua, atau karena sebab lain.
Kupu-kupu ini bernama mahasiswa. Ia tinggal di tempat kecil yang disebut kos-kosan. Jika tiba waktunya, Kupu-kupu itu beranjak dari tempat tinggalnya menuju suatu pekarangan yang disebut kampus. Tiba ia di pekarangan itu, masuk ke dalam bunga (ruangan), lalu duduk di atas kursi bermeja. Wajahnya muram, terlihat lesu, mungkin pagi itu ia belum sarapan manisnya madu. Matanya menatap papan tulis dengan tatapan nanar, butir-butir suara dosenpun melayang begitu saja menembus telinganya.
Bel berbunyi menandakan perkuliahan telah selesai. Kembali ia beranjak dari bunga itu menuju tempat tinggalnya. Sesampainya di kos-kosan, ia duduk santai sambil memegang remot dan melototi benda kotak bergambar dalam waktu yang lama. Sesekali ia menggaruk-garuk kepala, ngemil, dan mendengkur dengan mata terpejam. Tiada yang membekas dalam jejak kakinya, tak juga tangannya, melainkan hanya benjolan bokong yang membekas di atas kursi yang ia duduki selama perkuliahan kala itu.
Kupu-kupu seperti itu tidak sepenuhnya salah. Mungkin harus ada seseorang yang meraihnya, menepuk pipinya, hingga ia tersadar. Bahwa di luar sana masih banyak pekarangan indah yang bisa dinikmatinya lebih dari sebuah remot televisi yang tak bisa bergerak itu. Sebuah kehidupan yang membuah wajahnya lebih berekspresi ketimbang wajah layu ketika matanya terpejam di siang hari.
Ia bisa hinggap di perpustakaan yang menyimpan berjuta ilmu dengan goresan tintanya yang tertulis rapi di atas buku. Memang awalnya tak bisa terbang. Namun buku-buku itu berubah menjadi sepayang sayap yang lebar, menemaninya terbang mengarungi dunia. Setiap kata demi kata dalam buku yang dibacanya, akan semakin melebarkan sayap dan menambah kekuatan, sehingga semakin melesat cepat pula ia terbang.
Jika tak mau terbang, mungkin Kupu-kupu itu bisa melangkahkan kakinya untuk bergabung dalam suatu komunitas atau organisasi. Membuat dirinya memiliki peran yang tak lagi membenarkan sikap oportunis. Hingga berubah prinsip hidup yang awalnya “apa yang bisa saya dapatkan” menjadi “apa yang bisa saya berikan”.

* Kupu-kupu adalah sebutan untuk mahasiswa yang kesehariannya kuliah - pulang, kuliah - pulang, sebatas itu.



Kucing Manja Dalam Sholat


Oleh. Rozz Imperata

Matahari mulai terbenam, sinar serasa padam, juga langit semakin menghitam. Adzan magrib berkumandang, saya duduk tenang di teras masjid seraya menjawab adzan. Ku lihat kucing di belakang sana sedang meggaruk-garuk tubuh dan kepalanya. Mendekat diriku dan ku belai tubuh dan kepalanya, kucing itupun tampak nyaman dengan belaianku. Ia terlihat manja seakan bergumam senang.
Adzan berhenti, saya masuk masjid untuk mendirikan sholat sunnah. Seakan tak rela ku tinggalkan, kucing itu selalu mengikutiku kemanapun saya pergi. Lebih-lebih ketika ku jentikkan jari-jariku untuk memanggilnya.
Ku coba mengajaknya keluar masjid, ia pun keluar. Kucing itu duduk sejenak di depan pintu, sebelum akhirnya kembali masuk melewati pintu yang tak rapat ku tutup. Saat ia masuk, saya sudah takbir. Aku pun melanjutkan sholat dengan manjanya si kucing di sampingku.
Ketika itu, saya teringat tentang suatu hadits larangan bergerak tiga kali atau lebih. Semakin manja su kucing, rasanya ia ingin dibelai selalu. Tiba saatnya ku bersujud, ia mendekati kepalaku. Bangun dari sujud saya melakukan tasyahud akhir, ia berjalan ke sana dan ke sini di depanku. Ku belai si kucing dengan tangan kiriku, dengan tetap melanjutkan sholatku.
Saya tak tahu bagaimana sah atau tidak sholatku. Saya hanya bisa merasakan nyaman membelai si kucing dalam sholatku. Tak ada rasa jengkel dan marah, justru saya tidak tega membiarkan si kucing berkeliaran menganggu sholat orang lain. Kucing adalah binatang yang sangat ku sayangi, dan kami dipertemukan dalam sholat, dengan suasana yang romantis penuh kenyamanan.