Oleh. Rozz Imperata
Matahari mulai terbenam, sinar serasa padam, juga langit
semakin menghitam. Adzan magrib berkumandang, saya duduk tenang di teras masjid
seraya menjawab adzan. Ku lihat kucing di belakang sana sedang meggaruk-garuk
tubuh dan kepalanya. Mendekat diriku dan ku belai tubuh dan kepalanya, kucing
itupun tampak nyaman dengan belaianku. Ia terlihat manja seakan bergumam
senang.
Adzan berhenti, saya masuk masjid untuk mendirikan sholat
sunnah. Seakan tak rela ku tinggalkan, kucing itu selalu mengikutiku kemanapun
saya pergi. Lebih-lebih ketika ku jentikkan jari-jariku untuk memanggilnya.
Ku coba mengajaknya keluar masjid, ia pun keluar. Kucing
itu duduk sejenak di depan pintu, sebelum akhirnya kembali masuk melewati pintu
yang tak rapat ku tutup. Saat ia masuk, saya sudah takbir. Aku pun melanjutkan
sholat dengan manjanya si kucing di sampingku.
Ketika itu, saya teringat tentang suatu hadits larangan
bergerak tiga kali atau lebih. Semakin manja su kucing, rasanya ia ingin dibelai
selalu. Tiba saatnya ku bersujud, ia mendekati kepalaku. Bangun dari sujud saya
melakukan tasyahud akhir, ia berjalan ke sana dan ke sini di depanku. Ku
belai si kucing dengan tangan kiriku, dengan tetap melanjutkan sholatku.
Saya tak tahu bagaimana sah atau tidak sholatku. Saya
hanya bisa merasakan nyaman membelai si kucing dalam sholatku. Tak ada rasa
jengkel dan marah, justru saya tidak tega membiarkan si kucing berkeliaran
menganggu sholat orang lain. Kucing adalah binatang yang sangat ku sayangi, dan
kami dipertemukan dalam sholat, dengan suasana yang romantis penuh kenyamanan.
0 komentar:
Posting Komentar