Kini Ilalang Kecil Tak Lagi Sendiri

Sejak kecil Ilalang itu sendirian. Tak punya kawan, tak ada yang melihat, apalagi merawat. Tak heran, Ilalang itu selalu berulah, ingin diakui keberadaannya.

Bangga Menjadi Anak Petani

Pagi hari tak begitu berat bagi Ilalang. Namun, tidak bagi laki-laki paruh baya yang di pagi harinya harus bergegas pergi ke sawah sebagai seorang petani desa. Petani desa tersebut merupakan ayah dari Ilalang. Walau mereka bapak dan anak, namun mereka tak satu atap.

Televisi; hiburan, pendidikan atau perusak moral

Jangan biarkan anak menyaksikan acara yang tidak sesuai dengan usianya. Orang tua menemani sang anak nonton, bukan malah orang tua yang ditemani anak menonton televisi.

Antara Teori mengajar menurut Howard dengan Sepenggal kisah belajar Naruto

Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana telah diimplementasikan oleh Naruto. Dalam kesehariannya berjalan menapaki kehidupan..

Satu Bulan Dalam Sanubaru Perjuangan

Seorang filsuf dan politikus Prancis bernama Charles de Montesquieu pernah mengatakan, “agar menjadi benar-benar hebat, seseorang harus berdiri dengan masyarakat, bukan berdiri di atas mereka”..

Setiap Tulisan Punya Pasarnya Sendiri

Jangan mengkerutkan dahi dan patah semangat. Ejekan seperti itu bukan menjadi alasan kita menaruh pena dan berhenti menulis. Berpikirlah positif!! Mungkin selerah mereka yang mengejek tulisan kita terlalu rendah, sehingga tidak tertarik dengan tulisan kita yang luar biasa.

Kamis, 25 Agustus 2016

Mak Kali

Rozz Imperata
Yang satu ini namanya Mak Kali. Beliau merupakan koki kami sewaktu KKN. Kenyangnya perut kami berasal dari karya beliau yang berupa makanan sedap menggugah selera. Mak Kali adalah orang pertama yang menangisi kepulangan kami dari KKN. Sejak mendengar kabar kepulangan kami H-5 beliau selalu meneteskan air mata. Kami sangat terharu ketika Mak Kali ikut menari bersama kami saat penutupan KKN dengan alasan agar melebur dan merasakan apa yang kami rasakan. Sungguh sosok yang kami rindukan, semoga di lain kesempatan kami berjumpa kembali dengannya.
Sebelum kami pulang, Mak Kali sempat bercerita tentang bagaimana keadaan KKN sebelum kami. Ia bertutur halus sembari meneteskan air mata, “kalian beda dengan KKN yang kemarin, aku nyaman dengan kalian”, ucap Mak Kali. Entah apa yang membuat Mak Kali berucap seperti itu, akan tetapi kami pun merasa nyaman dengan sesosok perempuan tua yang serasa seperti ibu kami sendiri semasa pengabdian ini. Semoga engkau sehat selalu Mak Kali, kami merindukanmu!!