Oleh. Rozz Imperata
Kontribusi pendidikan bagi
pembentukan corak dan kualitas masa depan peradaban umat manusia tidak dapat dipungkiri lagi,
apalagi dinafikan. Pendidikan hingga abad modern ini tetap diyakini sebagai
tempat strategis untuk membuka wawasan dan
memberikan informasi yang paling berharga mengenai makna dan tujuan hidup sebagai norma-norma yang dipegang, membantu
generasi muda dalam mempersiapkan berbagai
kebutuhan yang esensial untuk menghadapi tantangan
perubahan-perubahan di masa depan, menciptakan keseluruhan visi kehidupan individu, masyarakat dan bangsa. Pendidikan
merupakan sistem dan cara meningkatkan
kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk
menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya
dimasa depan.[1]
Pandangan klasik tentang
pendidikan pada umumnya disebut sebagai pranata yang dapat dijalankan pada tiga
fungsi sekaligus; Pertama, menyiapkan generasi muda yang akan memegang
peranan-peranan tertentu dalam masyarakat di masa depan. Kedua, mentransfer dan
memindahkan pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer
nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai
prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.[2]
Dalam
kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan Pemerintah telah
mengatur penyelenggaraan pendididikan di Indonesia melalui perundang-undangan
dalam UU No. 20 tahun 2003. Dokumen tersebut menyajikan landasan filosofis,
tujuan dan fungsi pendidikan nasional.
Bahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah
membuat individu mampu mengembangkan potensinya secara maksimal, mampu
berkontribusi tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi masyarakat dan
bangsanya. Dalam keterkaitan dengan value dari hasil pendidikan, seorang
individu yang telah mengalami proses pendidikan harus mampu mencapai nilai
kesejahteraan tertentu.
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2
dinyatakan bahwa setiap warganegara berhak mendapat pendidikan dan setiap
warganegara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Dari pernyataan ini terlihat bahwa Pemerintah memegang posisi sebagai pihak
yang wajib mengalokasikan dana bagi proses pendidikan yang dilakukan oleh
rakyatnya.
Di Indonesia, pendidikan masih belum
mendapatkan tempat yang utama sebagai prioritas program pembangunan nasional.
Hal ini ditunjukkan dengan jumlah anggaran pendidikan yang masih jauh dari
amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Padahal dalam UU tersebut, telah mengamanatkan tentang besarnya anggaran
pendidikan di berbagai level pemerintahan minimal 20%.
Terkait dengan pendidikan,
terdapat beberapa komponen pendidikan, yakni; sekolah, keluarga, dan
masyarakat, yang mestinya komponen-komponen tersebut dimanfaatkan dan dikembangkan
secara maksimal. Di antara ketiga komponen di atas, yang paling utama dan
penting adalah keluarga. Keluarga merupakan arsitektur bagi pembentukan pribadi
anak. Waktu anak banyak berkumpul dengan keluarganya.[3] Pola tingkah laku,
pikiran, sugesti ayah ibu dapat mencetak pola yang hampir sama pada anggota
keluarga lainnya. Keluarga, sekolah dan masyarakat, merupakan pusat pendidikan.
Namun diantara ketiganya keluargalah
yang paling kuat pengaruhnya.[4]
Nah, berbicara
mengenai keluarga, dalam pandangan penulis keluarga menjadi pelaku utama
jalannya ekonomi pendidikan. Keluarga atau lebih tepatnya orang tua mempunyai
kewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anaknya, yang
dimaksud di sini adalah pendidikan formal di sekolah. Akhirnya mau tidak mau,
orang tua harus merogoh kocek lebih dalam untuk menyekolahkan anak-anaknya agar
kelak mempunyai masa depan yang cerah sebagai orang yang berpendidikan dan
berilmu.
Akan tetapi
dalam konteks pendidikan dan keluarga, keduanya tidaklah terpisah atau berjalan
pada masing-masing jalur, melainkan keduanya saling bersinergi. Seorang yang
ingin menempuh suatu pendidikan yang baik, selain memiliki tekad ia juga harus
menyiapkan beberapa biaya (ekonomi), dan kebanyakan tujuan yang ingin dicapai
kelak setelah menempuh pendidikan adalah kesejatraan sosial dan ekonomi. Hal
ini menjadi suatu kewajaran ketika terdapat anggapan bahwa seseorang
berpendidikan adalah untuk menjadi orang kaya, selain menjadi orang yang
berilmu.
Dalam hal ini kualitas
manusia menjadi kunci dalam pendidikan maupun ekonomi. Isu
mengenai sumber daya manusia (human capital) sebagai input pembangunan ekonomi
sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba
menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi dua faktor,
yaitu; 1) pentingnya skala ekonomi; dan 2) pembentukan keahlian dan kualitas
manusia. Faktor yang kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama
tentang pentingnya pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Hal ini dikatakan juga oleh Lim, bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi
di Jepang dan Korea Selatan besar kemungkinan disebabkan oleh sumber daya
manusia yang berkualitas, hal ini terlihat dari tingkat melek huruf (literacy
rate) yang tinggi, sehingga tenaga kerja mudah menyerap dan beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan ekonomi yang terjadi.
Kasus lain seperti yang dikemukkan oleh
Al-Samarai dan Zaman di Malawi, dalam rangka peningkatan sumber daya manusia,
pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain dengan menghapuskan
biaya untuk Sekolah Dasar dan memperbesar pengeluaran pemerintah di bidang
pendidikan. Dampak dari program ini adalah meningkatnya tingkat enrollment rate
ratio pendidikan dasar. Namun demikian masalah yang harus diperhatikan lebih lanjut
oleh pemerintah adalah distribusi pendidikan yang tidak merata.[5]
Hubungan investasi sumber daya manusia
(pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai. Namun
demikian, pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun peningkatan
mutu pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak ada program
yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi yang jelas.
Studi yang dilakukan Prof ekonomi dari
Harvard Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan
rentang waktu 1948-79 misalnya menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi
adalah disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan
pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan
teknologi. Selanjutnya,
Suryadi menegaskan dari hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pendidikan
dapat berfungsi sebagai kesadaran sosial politik dan budaya, serta memacu
penguasaan dan pendayagunaan teknologi untuk kemajuan peradaban dan
kesejahteraan sosial.
Lalu pertanyaannya, apakah ukuran yang dapat menentukan kualitas
manusia? Ada berbagai aspek yang dapat menjelaskan hal ini seperti aspek
kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara dan lain sebagainya. Di antara
berbagai aspek ini, pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting dalam
menentukan kualitas manusia. Lewat pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun
keberadaan hidupnya dengan lebih baik.
Dari berbagai studi tersebut sangat jelas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui
berkembangnya kesempatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan
ketarmpilan, keahlian, serta wawasan mereka agar mampu lebih bekerja secara
produktif, baik secara perorangan maupun kelompok. Implikasinya, semakin tinggi
pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan
perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu
bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.
[1] Sanaky,
Hujair A.H. Paradigma Pendidikan Islam Membangun masyarakat Madani Indonesia,
(Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hlm. 4.
[2] Langgulung,
Hasan, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1995), hlm. 92.
[3] Seorang anak akan masuk Islam pada awal masanya, juga karena
waktu yang dihabiskan anak dalam keluarga lebih banyak dibandingkan dengan
waktu di tempat lain, maka kedua orang tualah yang paling banyak berpengaruh
terhadap anak. Lihat Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam
Islam, hlm. 167
[4] Santhut, Khatib Ahmad, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral
danSpiritual Anak dalam Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka. 1998),
hlm. 2.
[5] Al-Samarai, S. 2002. The Changing
Distribution of Public Education Expenditure in Malawi. Africa Region Working
Paper Series 29.
Casinos Near Me - MapyRO
BalasHapusFind Casinos Near Me in Greater 부천 출장샵 Houston, Texas. Casinos Near Me 포커 - Find Casinos Near Me in 영주 출장샵 Greater Houston, Texas. 1. MGM 안양 출장안마 National Harbor, MGM National Harbor, M. 해외배당흐름