Minggu, 03 Januari 2016

Pendidikan dan Ekonomi Masyarakat


Oleh. Rozz Imperata



Kontribusi pendidikan bagi pembentukan corak dan kualitas masa depan peradaban umat manusia tidak dapat dipungkiri lagi, apalagi dinafikan. Pendidikan hingga abad modern ini tetap diyakini sebagai tempat strategis untuk membuka wawasan dan memberikan informasi yang paling berharga mengenai makna dan tujuan hidup sebagai norma-norma yang dipegang, membantu generasi muda dalam mempersiapkan berbagai kebutuhan yang esensial untuk menghadapi tantangan perubahan-perubahan di masa depan, menciptakan keseluruhan visi kehidupan individu, masyarakat dan bangsa. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya dimasa depan.[1]
Pandangan klasik tentang pendidikan pada umumnya disebut sebagai pranata yang dapat dijalankan pada tiga fungsi sekaligus; Pertama, menyiapkan generasi muda yang akan memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat di masa  depan. Kedua, mentransfer dan memindahkan pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.[2]
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan Pemerintah telah mengatur penyelenggaraan pendididikan di Indonesia melalui perundang-undangan dalam UU No. 20 tahun 2003. Dokumen tersebut menyajikan landasan filosofis, tujuan dan fungsi pendidikan nasional. Bahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah membuat individu mampu mengembangkan potensinya secara maksimal, mampu berkontribusi tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi masyarakat dan bangsanya. Dalam keterkaitan dengan value dari hasil pendidikan, seorang individu yang telah mengalami proses pendidikan harus mampu mencapai nilai kesejahteraan tertentu.

Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa setiap warganegara berhak mendapat pendidikan dan setiap warganegara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dari pernyataan ini terlihat bahwa Pemerintah memegang posisi sebagai pihak yang wajib mengalokasikan dana bagi proses pendidikan yang dilakukan oleh rakyatnya.
Di Indonesia, pendidikan masih belum mendapatkan tempat yang utama sebagai prioritas program pembangunan nasional. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah anggaran pendidikan yang masih jauh dari amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal dalam UU tersebut, telah mengamanatkan tentang besarnya anggaran pendidikan di berbagai level pemerintahan minimal 20%.
Terkait dengan pendidikan, terdapat beberapa komponen pendidikan, yakni; sekolah, keluarga, dan masyarakat, yang mestinya komponen-komponen tersebut dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal. Di antara ketiga komponen di atas, yang paling utama dan penting adalah keluarga. Keluarga merupakan arsitektur bagi pembentukan pribadi anak. Waktu anak banyak berkumpul dengan keluarganya.[3] Pola tingkah laku, pikiran, sugesti ayah ibu dapat mencetak pola yang hampir sama pada anggota keluarga lainnya. Keluarga, sekolah dan masyarakat, merupakan pusat pendidikan. Namun diantara ketiganya  keluargalah yang paling kuat pengaruhnya.[4]
Nah, berbicara mengenai keluarga, dalam pandangan penulis keluarga menjadi pelaku utama jalannya ekonomi pendidikan. Keluarga atau lebih tepatnya orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anaknya, yang dimaksud di sini adalah pendidikan formal di sekolah. Akhirnya mau tidak mau, orang tua harus merogoh kocek lebih dalam untuk menyekolahkan anak-anaknya agar kelak mempunyai masa depan yang cerah sebagai orang yang berpendidikan dan berilmu.
Akan tetapi dalam konteks pendidikan dan keluarga, keduanya tidaklah terpisah atau berjalan pada masing-masing jalur, melainkan keduanya saling bersinergi. Seorang yang ingin menempuh suatu pendidikan yang baik, selain memiliki tekad ia juga harus menyiapkan beberapa biaya (ekonomi), dan kebanyakan tujuan yang ingin dicapai kelak setelah menempuh pendidikan adalah kesejatraan sosial dan ekonomi. Hal ini menjadi suatu kewajaran ketika terdapat anggapan bahwa seseorang berpendidikan adalah untuk menjadi orang kaya, selain menjadi orang yang berilmu.
Dalam hal ini kualitas manusia menjadi kunci dalam pendidikan maupun ekonomi. Isu mengenai sumber daya manusia (human capital) sebagai input pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi dua faktor, yaitu; 1) pentingnya skala ekonomi; dan 2) pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Hal ini dikatakan juga oleh Lim, bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Jepang dan Korea Selatan besar kemungkinan disebabkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini terlihat dari tingkat melek huruf (literacy rate) yang tinggi, sehingga tenaga kerja mudah menyerap dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ekonomi yang terjadi.
Kasus lain seperti yang dikemukkan oleh Al-Samarai dan Zaman di Malawi, dalam rangka peningkatan sumber daya manusia, pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain dengan menghapuskan biaya untuk Sekolah Dasar dan memperbesar pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan. Dampak dari program ini adalah meningkatnya tingkat enrollment rate ratio pendidikan dasar. Namun demikian masalah yang harus diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah adalah distribusi pendidikan yang tidak merata.[5]
Hubungan investasi sumber daya manusia (pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomi merupakan dua mata rantai. Namun demikian, pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baik walaupun peningkatan mutu pendidikan atau mutu sumber daya manusia dilakukan, jika tidak ada program yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan dan program ekonomi yang jelas.
Studi yang dilakukan Prof ekonomi dari Harvard Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan rentang waktu 1948-79 misalnya menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi adalah disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan teknologi. Selanjutnya, Suryadi menegaskan dari hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai kesadaran sosial politik dan budaya, serta memacu penguasaan dan pendayagunaan teknologi untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan sosial.
Lalu pertanyaannya, apakah ukuran yang dapat menentukan kualitas manusia? Ada berbagai aspek yang dapat menjelaskan hal ini seperti aspek kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara dan lain sebagainya. Di antara berbagai aspek ini, pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting dalam menentukan kualitas manusia. Lewat pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik.
Dari berbagai studi tersebut sangat jelas dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berkembangnya kesempatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan ketarmpilan, keahlian, serta wawasan mereka agar mampu lebih bekerja secara produktif, baik secara perorangan maupun kelompok. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.


[1] Sanaky, Hujair A.H. Paradigma Pendidikan Islam Membangun masyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hlm. 4.
[2] Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,  (Bandung: Al-Maarif, 1995), hlm. 92.
[3] Seorang anak akan masuk Islam pada awal masanya, juga karena waktu yang dihabiskan anak dalam keluarga lebih banyak dibandingkan dengan waktu di tempat lain, maka kedua orang tualah yang paling banyak berpengaruh terhadap anak. Lihat Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, hlm. 167
[4] Santhut, Khatib Ahmad, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral danSpiritual Anak dalam Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka. 1998), hlm. 2.
[5] Al-Samarai, S. 2002. The Changing Distribution of Public Education Expenditure in Malawi. Africa Region Working Paper Series 29.

1 komentar:

  1. Casinos Near Me - MapyRO
    Find Casinos Near Me in Greater 부천 출장샵 Houston, Texas. Casinos Near Me 포커 - Find Casinos Near Me in 영주 출장샵 Greater Houston, Texas. 1. MGM 안양 출장안마 National Harbor, MGM National Harbor, M. 해외배당흐름

    BalasHapus