Oleh.
Rozz Imperata
Sesungguhnya
segala puja dan puji syukur itu hanyalah kepada Allah semata, dan kita akan
senantiasa memuji-Nya, memohon
pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya. Dan kita akan senantiasa menjadikan Allah
sebagai satu-satunya pelindung dari segala kejahatan dan hawa nafsu yang ada
dalam diri kita, serta dari segala amalan kita yang buruk. Barang siapa yang
mendapatkan petunjuk dari Allah, ibarat pohon yang besar yang akarnya tertanam
kuat di dalam tanah, sehingga sekuat dan sekencang apapun angin menerjang pohon
itu tidak akan pernah tumbang. Dan
barangsiapa yang tidak mendapatkan petunjuk dari Allah, ibarat seseorang yang
naik kereta lalu keretanya anjlok, ketika keretanya anjlok bukan hanya
orang-orang yang berada di dalam kereta yang bahaya, tapi juga yang berada
disamping kereta. Kalau ia orang tua ia akan membahayakan anaknya, apabila ia
seorang anak maka akan membahayakan orang tuanya, dan apabila ia pemimpin maka
akan membahayakan rakyatnya. Seperti itulah gambaran orang yang mendapatkan
petunjuk dan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah. (muqoddimah yang sering
dibawakan Alm, Uje dalam ceramahnya).
Cahaya.
dengan cahaya, manusia akan mudah dalam melakukan sesuatu, bayangkan hidup ini
tanpa cahaya, ibaratnya listrik mati, manusia akan sulit dalam melakukan segala
sesuatu. Berbicara tetang cahaya akan berkaitan juga dengan cahaya hati. Cahaya
hati, jika hati ini bercahaya keimanan, maka hati akan menjadi tenang serta akan
dengan ringan dalam mengerjakan suatu amalan kebajikan. Berikut penulis sedikit
memberi tausyiah tentang nasehat Lukman kepada putranya, yang insya Allah akan
memberikan juga kepada cahaya hati.
Pada
suatu ketika, sang putra bertanya kepada Lukman. Wahai ayahku, apabila di dunia
ini saya hanya boleh memilih satu, maka apa yang harus saya pilih? Lalu Lukman
menjawab, wahai putraku jika di dunia ini engkau hanya boleh memilih satu, maka
pilihlah ad-diin (agama). Agama menjadi hal yang sangat penting dalam
kehidupan. Banyak orang yang menganggap agama itu mengekang, agama adalah
sumber pengekangan hidup, melakukan ini haram, itu haram. Padahal, agama
sejatinya bersifat menyelamatkan, karena agama memerintahkan dan melarang yang di
dalamnya terdapat kebagikan bagi semua umat manusia.
Selesai
Lukman menjawab, sang putra kembali bertanya. Wahai ayahku apabila di dunia ini
saya boleh memilih dua, maka apa yang harus saya pilih? Lalu Lukman menjawab,
wahai putraku apabila di dunia ini engkau boleh memilih dua, maka pilihlah ad-diin
(agama) dan al-maal (harta). Sebelum harta, ada agama yang mendahuluinya,
yakni sebagai pondasi. Dengan agama seseorang yang memiliki harta akan membawa
hartanya menuju keselamatan dirinya. Untuk bersodaqoh, menyantuni anak yatim
dan lain sebagainya, seperti penulis simpulkan di atas bahwa agama bersifat
menyelamatkan, bukan membawa harta menuju kehancuran bagi dirinya. Tapi
bagaimana dengan seseorang yang memiliki harta namun ia tidak memiliki agama
sebagai pondasi atas hartanya, maka ia akan menghabur-hamburkan uangnya untuk
menghancurkan dirinya.
Kecerdasan
sang putra Lukman tidak cukup sampai di situ, ia bertanya kembali kepada ayahnya.
Wahai ayahku jika di dunia ini saya boleh memilih tiga, maka apa yang harus
saya pilih? Lalu Lukman menjawab, wahai putraku jika di dunia ini engkau boleh
memilih tiga, maka pilihlah ad-diin (agama), al-maal (harta) dan al-haya’
(rasa malu). Apabila seseorang mempunyai rasa malu maka ia akan selamat, dengan
rasa malu seseorang akan menjaga setiap perbuatanya agar selalu baik. Rasa malu
akan menjadi benteng bagi agama dan harta. Dalam riwayat hadits disebutkan
bahwa malu adalah sebagian dari iman.
Masih
belum puas dengan itu sang putra bertanya lagi kepada Lukman. Wahai ayahku jika
di dunia ini saya boleh memilih empat, maka apa yang harus saya pilih? Lalu
Lukman menjawab, wahai putraku jika di dunia ini engkau boleh memilih empat
maka pilihlah ad-diin (agama), al-maal (harta), al-hayak’
(rasa malu) dan akhlaqul karimah (akhlak yang mulia). Nabi Muhammad SAW
dikenal bukan karena wajahnya yang tampan ataupun hartanya yang banyak, akan
tetapi karena akhlaknya yang mulia. Begitu juga dengan manusia secara umum,
mereka akan mendapatkan banyak sahabat dan dihormati banyak orang karena akhlaknya
yang mulia. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak melihat manusia dari
ketampananya akan tetapi dari amal ibadah dan akhlaknya.
Sikap
kritis putra Lukman masih belum habis, inilah tanda-tanda kecerdasan putra
Lukman. Kemudian sang putra bertanya lagi kepada Lukman. Wahai ayahku, apabila
di dunia ini saya boleh memilih lima, maka apa yang harus saya pilih? Lalu
Lukman menjawab, wahai putraku apabila di dunia ini engkau boleh memilih lima,
maka pilihlah ad-diin (agama), al-maal (harta), al-haya’ (rasa
malu), akhlaqul karimah (akhlak yang mulia) dan sifat pemurah. Di manapun
ia berada, seseorang yang memiliki sifat pemurah akan disegani, dihormati, dan
disayangi orang lain. Banyaknya sahabat akan menghiasi hidupnya. Tak ada sepi,
selalu hangat dengan kerumunan orang-orang yang menyayanginya. Lain halnya
dengan orang pelit, yang tidak disukai, dan tak banyak punya teman.
Sang
putra bertanya lagi kepada Lukman. Wahai ayahku jika di dunia ini saya boleh
memilih enam, maka apa yang harus saya pilih? Lalu Lukman menjawab, wahai putraku
jika kelima hal tersebut sudah melekat dalam diri seseorang, maka ia akan
berteman dengan Allah, disetiap langkah dan perbuatanya tidak akan membuat
kerusakan, karena cahaya Allah telah bersinar di dalam hatinya. Inilah gambaran
seseorang yang dalam hatinya bercahaya karena petunjuk Allah, ia akan menjadi
insan yang bermanfaat bagi orang lain, serta akan selalu menyinari
sekelilingnya dengan kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar