Kini Ilalang Kecil Tak Lagi Sendiri

Sejak kecil Ilalang itu sendirian. Tak punya kawan, tak ada yang melihat, apalagi merawat. Tak heran, Ilalang itu selalu berulah, ingin diakui keberadaannya.

Bangga Menjadi Anak Petani

Pagi hari tak begitu berat bagi Ilalang. Namun, tidak bagi laki-laki paruh baya yang di pagi harinya harus bergegas pergi ke sawah sebagai seorang petani desa. Petani desa tersebut merupakan ayah dari Ilalang. Walau mereka bapak dan anak, namun mereka tak satu atap.

Televisi; hiburan, pendidikan atau perusak moral

Jangan biarkan anak menyaksikan acara yang tidak sesuai dengan usianya. Orang tua menemani sang anak nonton, bukan malah orang tua yang ditemani anak menonton televisi.

Antara Teori mengajar menurut Howard dengan Sepenggal kisah belajar Naruto

Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana telah diimplementasikan oleh Naruto. Dalam kesehariannya berjalan menapaki kehidupan..

Satu Bulan Dalam Sanubaru Perjuangan

Seorang filsuf dan politikus Prancis bernama Charles de Montesquieu pernah mengatakan, “agar menjadi benar-benar hebat, seseorang harus berdiri dengan masyarakat, bukan berdiri di atas mereka”..

Setiap Tulisan Punya Pasarnya Sendiri

Jangan mengkerutkan dahi dan patah semangat. Ejekan seperti itu bukan menjadi alasan kita menaruh pena dan berhenti menulis. Berpikirlah positif!! Mungkin selerah mereka yang mengejek tulisan kita terlalu rendah, sehingga tidak tertarik dengan tulisan kita yang luar biasa.

Jumat, 28 November 2014

Sains dalam Al-Qur'an ( Part I )

  Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin

ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (Al-Baqarah: 2)

Pernyataan Al-Quran sebagai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan tampaknya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tapi kalau membaca sendiri mana ayatnya lalu mana ilmu pengetahuan yang didapatkan dari ayat tersebut mungkin itu yang akan lebih menggetarkan hati. Anda bisa pikirkan bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan sangat jauh sekali sebelum ilmu pengetahuan itu ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran memang mukjizat sepanjang masa. Di bawah ini adalah beberapa ayat yang saya peroleh dari beberapa sumber beserta ilmu terapannya yang masih berlaku hingga saat ini dan seterusnya:

Surat As-sajdah ayat 5

يُدَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (As-sajdah: 5)

Pertama kita lihat surat As-sajdah ayat 5. Melalui perhitungan matematika yang panjang berdasarkan fakta yang diperoleh dengan ilmu pengetahuan saat ini, dapat dibuktikan bahwa surat ini menjelaskan mengenai “kecepatan cahaya”. Kata kunci yang diungkapkan Allah pada ayat ini adalah “menurut perhitunganmu”. Urusan, dibawa malaikat dengan suatu kecepatan di mana apabila dengan kecepatan tersebut ditempuh dalam waktu satu hari, akan sama dengan seribu tahun “menurut perhitunganmu”.
Di sini kita akan berhitung, bagaimana surat As-sajdah ayat 5 ini menyatakan bahwa apabila suatu benda bergerak dengan kecepatan cahaya selama satu hari, akan menempuh jarak yang sama dengan jarak ditempuh bulan dalam mengitari bumi sebanyak 12000 kali (yang setara dengan 1000 tahun perhitungan bulan, sesuai dengan surat Yunus ayat 5 bahwa manzilah bulan dijadikan agar manusia mengetahui bilangan tahun dan perhitungan.

Antara Teori mengajar menurut Howard dengan Sepenggal kisah belajar Naruto





 (Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin)

Menurut Howard, Alvin W dalam bukunya Slameto (2003:32). "Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengambangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), penghargaan dan pengetahuan"
Naruto merupakan bocah kecil yang menebar ideologi bodohnya menjadi seorang hokaga dan mewujudkan perdamaian dunia. Berbeda dengan teman sebayanya yakni Sasuke, yang sudah terbekali bakat dan ketrampilan sejak dini, namun dengan itu Sasuke menjadi sombong dan selalu merendahkan yang lain.
"Tidak pernah menarik kata-kataku dan terus berjuang adalah cara hidupku", ucap Naruto. Walaupun Naruto tidak sehebat Sasuke di masa kecilnya, namun itu tidak menjadikan Naruto berputus asa, dengan motivasi ingin melampaui kehebatan Sasuke, Naruto menjalani hidupnya dengan berlatih dan berlatih.
Semangat Naruto membuat hati Jiraiya tersentuh, dan ia pun memutuskan untuk menjadi guru Naruto. Walaupun bermuka mesum dan genit, hingga sering dipanggil dengan Pertapa Genit, Jiraiya merupakan seorang ninja yang hebat dan berpengalaman. Hal ini yang kemudian menjadikan Naruto menjadi seseorang yang sangat hebat, bahkan melebihi Sasuke yang notabennya lebih memiliki bakat dan ketrampilan yang lebih ketimbang Naruto.

Senin, 22 September 2014

Perjalanan Hati di Gunung Penanggungan



Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin

Sabtu 30 agustus 2014 pukul 08.00 WIB. Berangkat dari kampus Universitas Muhammadiyah Malang menuju tempat penyewaan perlengkapan pendakian di samping terminal Landung Sari. Seusai menata segala perlengkapan yang dibutuhkan, dengan kalimat Bismillah perjalanan menuju sang anak semeru pun dimulai. Hati yang riang saat perjalanan itu sempat berubah menjadi mencengangkan ketika salah satu teman kami mengalami kecelakaan yang dirasa lumayan parah. Walau tidak ada yang terluka, namun kecelakaan tersebut menghambat perjalanan kami karena terjadi kerusakan pada motor keduanya. Akhirnya demi kepentingan keselamatan bersama, kami pun menunda sejenak perjalanan kami untuk memperbaiki motor yang mengalami kendala dan mengistirahatkan hati yang gelisah.
Sekitar pukul 11.00 WIB, perbaikan motor kami telah selesai dan hati yang sempat gelisah akibat kecelakaan pada waktu itu telah hilang. Dengan penuh hati-hati kami pun melanjutkan kembali perjalanan menuju desa pendakian gunung penanggungan Pasuruan. Sekamir satu jam lebih 30 menit kami sampai di daerah trawas sebagai batas akhir dari jalan yang kami ketahui. Kemudian kami istirahat sejenak dipinggir jalan guna menghela nafas, sekaligus bertanya kepada salah satu penduduk yang ada disana mengenai jalur mana yang harus kami ambil untuk sampai di gunung penanggungan. Setelah mendapatkan petunjuk jalan yang sangat jelas, kami kembali melanjutkan perjalanan.
Kesejukan kawasan trawas menemani perjalanan kami dikala itu, hingga suatu kejadian lucu pun terjadi saat motor kami tidak bisa menaiki tanjakan yang sangat tajam dan berliku. Mungkin ada beberapa penyebab mengapa motor teman kami ini tidak bisa menerjang tajamnya janjakan pegunungan, tapi kami tidak mempermasalahkan hal itu. Akhirnya muncul inisiatif saya untuk meninggalkan mereka dan berangkat terlebih dulu. Namun saya melakukan hal itu bukan untuk meninggalkan mereka, melainkan menurunkan teman yang saya bonceng kemudian kembali untuk menjemput salah satu dari mereka yang masih tertinggal di bawah. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa motor Vario saya bisa melaju kencang pada tanjakan yang tajam dan berliku sekalipun hehehe. Setelah semua telah melewati jalan yang menanjak tajam, kembali kami melanjutkan perjalanan, namun perjalanan kali ini lebih santai, karena sambil menikmati pemandangan yang indah di pegunungan.
Detik demi detik kami semakin mendekati gunung penanggungan, hingga kami salah mengambil jalan yang salah dan mengharuskan kami untuk memutar balik. Sekitar 15 menit kemudian sampailah kami di desa Jolotundo, desa yang merupakan tempat akhir penitipan kendaraan sekaligus start awal pendakian puncak gunung penanggungan. Seusai memarkir motor kami masing-masing, kami pun menggelar tikar sebagai alas untuk menghadap Sang Pencipta dalam sholat kami. Seusai sholat, kami membagi tugas untuk persiapan akhir, sebagian mengecek perlengkapan dan sebagian mengisi air untuk persediaan minum dan memasak.
Pukul 14.00 WIB, tibalah waktu bagi kami untuk mulai melakukan pendakian dengan target melihat sunset di puncak bayangan. Dengan dipimpin salah satu Imam Masjid AR. Fachrudin kami memanjatkan do’a kepada Allah, memohon keselamatan dalam perjalanan naik hingga turun besoknya. Setelah berdo’a pedakian pun dimulai, semangat yang menggebu menyertai langkah demi langkah kami. Belum sampai setengah perjalanan, panas terik matahari seakan menguras energi kami hingga memaksa kami untuk istirahat sejenak, hingga energi kami pulih kembali. Setelah dirasa cukup, perjalanan pun dimulai kembali. Di tengah-tengah perjalanan, kami berjumpa dengan kawan-kawan seperjuangan yang turun dari puncak gunung penanggungan, tegur sapa dan saling menyemangati pun tidak bisa terhindari diantara kami.
Memang capek dan berat, namun inilah perjuangan. Karena memang yang dibutuhkan saat itu adalah kaki yang akan melangkah lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan bekerja lebih lama dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, kepala yang selalu melihat ke atas, serta lapisan tekad yang lebih kuat daripada baja. Capek satu capek semua, inilah komitmen awal kami sebelum pendakian, jadi ketika yang satu berhenti maka semua berhenti sebagai wujud kepedulian. Memang benar, perjalanan ini bukan perjalanan biasa melainkan perjalanan hati. Kekompakan, kebersamaan dan kepedulian benar-benar tertanam dan tumbuh dalam pendakian.

Minggu, 17 Agustus 2014

Wahai guruku, sudahkah engkau memahamiku?





(Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin)

Guru merupakan penerus dan pejuang risalah para nabi. Beban yang sangat berat berada pada pundak mereka, untuk berdakwah dan mengabdi guna mencerdaskan generasi-generasi baru. Menjadi seorang guru adalah hal yang sangat mudah, semua orang bisa melakukannya. Namun menjadi guru yang baik dan profesional bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan sembarang orang. Selain dibutuhkan ketrampilan dan keilmuan yang mumpuni, menjadi seorang guru yang hebat perlu memiliki niat dan jiwa yang tulus untuk mencerdaskan para muridnya, karena sejatinya guru bukanlah profesi komersil.
Selain penerus perjuangan para nabi, guru juga sering diartikan sebagai panggilan jiwa. Semangat juang yang mereka pegang erat menjadi ideologi yang mutlak. Bagi para murid dan orang tua, guru adalah orang tua kedua yang berada di sekolah. Maka dengan itu, seorang guru wajib mengajarkan ilmu-ilmu yang baik, serta suri tauladan yang bijak kepada para muridnya. Agar sang murid kelak akan menjadi pilar-pilar kemajuan bangsa.
Guru yang baik dan bijak ialah mereka yang selalu memperdalam keilmuanya dan selalu up to date dalam memperhatikan keadaan para muridnya. Seorang guru juga harus bisa menjadi teman dekat, bukan malah menjadi orang yang ditakuti para muridnya. Karena jika murid senang dan nyaman dengan gurunya, hal ini akan memudahkan dalam penyerapan sesuatu yang diajarkan oleh guru, begitu pula sebaliknya, jika murid merasa tertekan dan tidak nyaman dengan gurunya, hal ini akan menyebabkan murid sulit dalam menyerap sesuatu yang diajarkan oleh gurunya.
Menjadikan guru sebagai penghasilan utama merupakan suatu kekeliruan. Karena dengan hal ini banyak guru yang mengabaikan tugasnya sebagai pendidik, berpaling dari kewajibanya untuk mencerdaskan para muridnya, karena lebih mengutamakan gajinya daripada proses belajar mengajar yang baik dan benar. Tentu saja hal ini menjadi kesalahan yang fatal, karena sejatinya kesuksesan murid dipengaruhi oleh keberhasilan guru dalam mengajar.
Dalam kegiatan pendidikan sehari-hari, masih banyak dijumpai guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Namun kesalahan-kesalahan tersebut sering kali tidak sadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan oleh guru, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan. Namun bukan berarti kesalahan guru harus dibiarkan begitu saja tanpa dicarikan jalan keluar yang bijak.

Di balik kesedihan dan kesenangan yang sementara





( Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )

Manusia merupakan makhluk multi dimensional. Salah satu dimensi eksistensialnya adalah dimensi afeksi dan perasaan. Dengan dimensi ini manusia terkadang merasakan kegembiraan dan keceriaan. Terkadang terkejut dan takut. Terkadang juga lantaran beberapa faktor, dirundung kesedihan dan kepiluan.
Kesedihan dan kesenangan merupakan dua hal yang berbeda, namun sebenarnya saling melengkapi. Seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bahagia, jika ia belum pernah mengalami kesedihan. Dan sebaliknya, seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya kesedihan, jika ia tidak mengerti apa itu kesenangan. Kedua hal sudah tidak bisa ditepis lagi, karena semua manusia pasti pernah mengalaminya, bahkan bisa dikatakan sudah menjadi kodrat manusia.
Kesenangan dan kebahagiaan sudah pasti merupakan idaman semua manusia. Setiap detik yang dilakukanya pasti bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan yang diinginkan, mulai dari mengumpulkan harta yang banyak, pendidikan yang tinggi, hingga keluarga yang sejahtera. Namun tidak banyak dari mereka mewujudkanya dengan cara yang benar. Demi kesenangan, seseorang rela membunuh temanya sendiri, demi harta yang berlimpah seorang pejabat menjadi koruptor, tanpa memperhatikan dampak yang terjadi di kalangan bawah. Segala macam cara menjadi halal dan syariat yang seharusnya menjadi pijakan tidak lagi dihiraukan, demi mencapai kesenangan yang diinginkan.
Berbeda dengan kebahagiaan. Kesedihan dan kesengsaraan merupakan suatu hal yang sangat tidak diinginkan semua orang, bahkan banyak dari mereka yang dirundu kesedihan putus asa dalam menjalani hidup hingga akhirnya mengakhiri hidupnya. Sungguh suatu perbuatan yang sangat disayangkan, yang mana seharusnya mereka bisa menyelesaikanya dengan baik namun diselesaikan dengan cara yang salah. Memang terkadang anggapan mereka cara satu-satunya untuk menyelesaikan masalah adalah dengan cara mengakhiri hidup, padahal dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Kebanyakan manusia tidak mengetahui, betapa dekatnya ia dengan keberhasilan disaat ia menyerah.

Senin, 02 Juni 2014

Hilangnya permainan tradisional adalah hilangnya moralitas dan karakter anak bangsa?




( Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )



Dewasa ini permainan tradisional mulai terkikis dengan munculnya permainan-permainan modern seperti game online, play station, nintendo.  Padahal permainan-permainan  tersebut  hanya monoton dan menjenuhkan, anak dituntut untuk mematuhi aturan di game online tersebut. Permainan itupun tidak menghasilkan efek baik bagi tubuh, karena game online hanya menggerakkan tangan dan mata, tidak jasmani secara keseluruhan. Berbeda dengan permainan tradisional seperti gobak sodor, dakon, petak umpet. Permainan itu menggerakkan semua anggota tubuh, sehingga badan menjadi kuat dan sehat. Disamping  permainan tradisional yang menyehatkan tubuh.  Permainan tradisional yang diciptakan nenek moyang juga mengandung banyak hikmah untuk membangun karakter dan moral anak, sehingga dapat membentuk sang anak agar bisa menjadi pandai, baik dan cerdas dalam aspek kognitif maupun emosional. Permainan tradisional yang beraneka ragam dan merupakan khazanah budaya bangsa Indonesia harus dilestarikan dan dijaga.
Namun pada kenyataan yang terjadi saat ini orang tua sering melalaikan untuk mengajarkan permainan tradisional dan lebih mengenalkan pada game online ataupun play station, sehingga anak merasa ketagihan. Maka dari itu penting  juga bagi orang tua dan guru untuk memperkenalkan permainan-permainan tradional kepada anak-anak dan memberi penjelasan tentang hikmah apa yang dapat diambil serta dijadikan teladan dari permainan tersebut.
Permainan tradisioanal secara langsung atau tidak langsung akan menciptakan kepekaan terhadap semua input yang masuk pada anak. Hal ini memiliki pengaruh yang besar untuk menanamkan nilai moral dan karakter anak, serta menumbuhkembangkan potensi anak agar mampu berfikir cerdas dan bersikap yang baik. Menurut Bredekamp dan Rosegrant, ada empat komponen untuk membantu anak menumbuhkembangkan potensinya, yaitu dengan kesadaran, eksplorasi, penyediaan pengalaman, dan teman sebaya. Hal ini sesuai dengan dunianya yaitu belajar sambil bermain. Permainan tradisional adalah permainan yang pertama kali dikenal di lingkungan karena telah turun temurun dari orang tua mereka atau nenek moyang.
Salah satu permainan tradisional yang menarik dan mendidik adalah Gobak Sodor. Istilah permainan Gobag Sodor ini dikenal di daerah jawa tengah. Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia. Cara melakukan permainan ini yaitu dengan membuat garis-garis penjagaan dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap. Gobak sodor terdiri dari dua tim, satu tim terdiri dari tiga orang. Aturan mainnya adalah mencegat lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak-balik. Untuk menentukan siapa yang juara adalah seluruh anggota tim harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.

Jumat, 23 Mei 2014

Tayangan Televisi yang semakin Merusak perkembangan Anak




( Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )


Dewasa ini, televisi merupakan media elektronik yang sudah tidak asing lagi bagi semua orang, bahkan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Televisi mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki cangkupan pemberitaan kepada khalayak dengan jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai program-program yang ditayangkan mampu membius pemirsanya untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Bahkan anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari televisi bahkan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar anak untuk menyaksikan acara televisi.
Berbagai acara yang ditayangkan mulai dari entertainment, infotainment, iklan, hingga sinetron dan film-film. Televisi telah mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan acara demi acara yang disusun sedemikian rupa dan menarik. Sekarang ini banyak anak-anak lebih gemar berlama-lama di depan televisi daripada belajar, bahkan banyak anak yang hampir lupa akan waktu makannya karena keasikan menyaksikan acara televisi. Tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini merupakan suatu masalah yang terjadi di lingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.
Orang tua seharusnya menemani anaknya menyaksikan televisi, bukan malah orang tua ditemani anaknya menyaksikan televisi. Hal ini yang jarang disadari oleh para orang tua. Memang orang tua menyaksikan televisi bersama dengan anaknya. Akan tetapi orang tua menyaksikan tayangan televisi yang digemarinya, bukan yang digemari anaknya, dan seorang anak menjadi teman menyaksikan bagi orang tuanya. Bahkan sangat miris ketika mengetahui masih banyak orang tua yang mementingkan egonya sendiri dengan rebutan tayangan televisi dengan anaknya, tanpa memikirkan dampak negatif yang akan terjadi kepada buah hatinya jika menyaksikan tayangan televisi yang salah. Hal ini menjadi pengaruh yang besar, namun sedikit dari para orang tua mengetahui hal ini.
Akhirnya, seorang anak dipaksa untuk menyaksikan acara televisi yang disaksikan orang tuanya, padahal belum saatnya mereka untuk menyaksikan acara televisi tersebut. Mungkin pada awalnya tidak berdampak pada si anak, akan tetapi lambat laun hal ini bisa berdampak negatif kepada anak khususnya dampak sikologinya,  disebabkan doktrin acara televisi yang tidak seharusnya ditontonya.

Selasa, 06 Mei 2014

Menoleh ke Sejarah Untuk Pendidikan Indonesia


 ( Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )


            Mengapa perlu belajar sejarah Islam? Dan apa kaitannya sejarah Islam dengan pendidikan Islam? Jika kita seorang pendidik atau calon pendidik, dua pertanyaan itu yang akan muncul di benak kita dan hal inilah yang memang benar-benar harus kita pahami. Sehingga kita bukan hanya menjadi pendidik yang asal-asalan akan tetapi benar-benar tahu hakekat seorang pendidik untuk kemaslahatan umat manusia. Karena seorang pendidik tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum akan tetapi juga dituntut untuk bisa mengajak peserta didik mengamalkan ilmu yang dipelajarinya serta menanamkan moral, perilaku yang mencerminkan jiwa manusia yang berilmu.
            Dengan kita belajar sejarah Islam, kita dapat mengkaji hal-hal yang dapat diambil dari sejarah Islam pada masa lalu untuk diterapkan di dunia pendidikan masa kini. Karena banyak sekali teladan-teladan, ajaran-ajaran dan segala peristiwa yang dapat digali dan ditelaah. Melalui sejarah, kita akan diajak menyaksikan maju mundurnya pendidikan Islam untuk kemudian direnungkan, dianalisis kemudian diambil hikmahnya untuk dijadikan bahan perbandingan dan masukan dalam membangun kemajuan pendidikan Islam di masa sekarang. Artinya semua orang harus melihat masa lalu demi kemajaun masa depan yang lebih baik lagi.
            Siapa yang tidak mengenal Rosullullah Muhammad SAW? Rasulullah merupakan sosok pendidik pertama dan utama dalam dunia pendidikan Islam. Proses dalam pengajaran ilmu pengetahuan dan transformasinya serta internalisasi nilai-nilai keagamaan dan bimbingan moral-moral yang diajarkanya dapat dikatakan sebagai mukjizat yang luar biasa dalam sejarah umat manusia. Keberhasilan pendidikan yang diajarkan Rosullullah dapat dilihat dari kemampuan para murid-muridnya yang luar biasa.