( Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )
Dewasa
ini, televisi merupakan media elektronik yang sudah tidak asing lagi bagi semua
orang, bahkan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Televisi mampu menyebarkan
berita secara cepat dan memiliki cangkupan pemberitaan kepada khalayak dengan
jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai program-program
yang ditayangkan mampu membius pemirsanya untuk selalu menyaksikan acara-acara
yang ditayangkan. Bahkan anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari televisi bahkan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar
anak untuk menyaksikan acara televisi.
Berbagai acara yang ditayangkan
mulai dari entertainment, infotainment, iklan, hingga sinetron dan film-film. Televisi
telah mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan
acara demi acara yang disusun sedemikian rupa dan menarik. Sekarang ini banyak
anak-anak lebih gemar berlama-lama di depan televisi daripada belajar, bahkan
banyak anak yang hampir lupa akan waktu makannya karena keasikan menyaksikan
acara televisi. Tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini merupakan suatu masalah
yang terjadi di lingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus bagi
setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.
Orang
tua seharusnya menemani anaknya menyaksikan televisi, bukan malah orang tua
ditemani anaknya menyaksikan televisi. Hal ini yang jarang disadari oleh para
orang tua. Memang orang tua menyaksikan televisi bersama dengan anaknya. Akan
tetapi orang tua menyaksikan tayangan televisi yang digemarinya, bukan yang
digemari anaknya, dan seorang anak menjadi teman menyaksikan bagi orang tuanya.
Bahkan sangat miris ketika mengetahui masih banyak orang tua yang mementingkan
egonya sendiri dengan rebutan tayangan televisi dengan anaknya, tanpa
memikirkan dampak negatif yang akan terjadi kepada buah hatinya jika menyaksikan
tayangan televisi yang salah. Hal ini menjadi pengaruh yang besar, namun
sedikit dari para orang tua mengetahui hal ini.
Akhirnya,
seorang anak dipaksa untuk menyaksikan acara televisi yang disaksikan orang
tuanya, padahal belum saatnya mereka untuk menyaksikan acara televisi tersebut.
Mungkin pada awalnya tidak berdampak pada si anak, akan tetapi lambat laun hal
ini bisa berdampak negatif kepada anak khususnya dampak sikologinya, disebabkan doktrin acara televisi yang tidak
seharusnya ditontonya.
Jika
hal ini terjadi, pastilah seorang anak sangat dirugikan. Karena dalam dunia
sikologi, usia kanak-kanak adalah usia yang mana seorang anak akan dengan mudah
menerima dan merespon suatu hal yang baru entah itu hal baik maupun buruk.
Sangat disayangkan dalam usia yang gemilang ini seorang anak bukan mendapatkan
didikan dan pengaruh yang positif, justru malah sebaliknya mendapatkan didikan
dan pengaruh yang negatif.
Sebenarnya
televisi mempunyai fungsi dan manfaat yang baik apabila dalam penggunaannya pun
baik. Namun kali ini penulis lebih menjabarkan kepada dampak negatif apabila
seorang anak berlebihan dalam menyaksikan televisi, apalagi menyaksikan
tayangan televisi yang belum saatnya untuk disaksikanya. Pengaruh negatif dari menyaksikan
televisi sangat banyak jenisnya baik di lihat dari segi perilaku dan akhlaq
mauapun jika dilihat dari segi lain seperti dari segi kesehatan.
Dilihat
dari segi perilaku dan akhlaq anak. Menyaksikan acara televisi yang berlebihan
dapat menjadikan anak menjadi konsumtif, mengurangi semangat belajar,
merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, hingga menonjolkan perilaku
imitatif. Bahasa televisi menarik, simpel, mengikat dan membuat ketagihan,
sehingga sangat mungkin seorang anak menjadi malas belajar. Anak-anak yang
terbiasa menghabiskan waktunya dengan menyaksikan televisi akan sangat sulit diajak
beralih untuk belajar. Mereka akan lebih senang menyaksikan acara favoritnya daripada
harus membuka buku dan mengerjakan tugas.
Dilihat
dari segi kesehatan fisik anak. Menyaksikan acara televisi yang berlebihan
dapat meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) bagi anak. Seorang anak
biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena lebih sering menggunakan waktu
senggang untuk menyaksikan televisi. Sekitar 85% orang tua dari data wawancara
menyatakan bahwa anak yang menyaksikan televisi, mereka lebih sering mengemil
di antara waktu makan, mengonsumsi makanan dan produk yang diiklankan di
televisi dan cenderung mempengaruhi orang tua mereka untuk membeli makanan dan
produk-produk tersebut. Selain itu, dampak negatif lain yang kemungkinan besar
muncul adalah terjangkit penyakit rabun. Jarak pandang mereka dengan televisi
biasanya tidak sesuai dengan jarak pandang yang baik. Hal ini tentu saja
terjadi berulang- ulang jika si anak telah menjadikan kegiatan menyaksikan
televisi sebagai kebiasaan sehari-hari. 65 % orang tua menyatakan bahwa anak
mereka yang pada awalnya memiliki penglihatan yang sehat menjadi harus
menggunakan kacamata setelah terbiasa menyaksikan televisi setiap hari.
Pengawasan
tayangan televisi yang baik untuk anak akan menjauhkan anak dari dampak negatif
dari tayangan televisi. Orang tua harus dapat memilah dan memilih acara yang
tepat dengan usia anak. Jangan biarkan anak menyaksikan acara yang tidak sesuai
dengan usianya. Walaupun ada beberapa acara di televisi yang memang untuk
anak-anak, tetap perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak.
Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia
mereka. Orang tua juga dapat mengajak sang anak membahas apa yang ada di
televisi dengan maksud membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak
tentu sama dengan kehidupan yang sebenarnya. Orang tua juga harus mengetahui
acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya cara tersebut mereka
tonton, ajak mereka menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan
positif.
Banyak
hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengarahkan sang buah hati agar tidak
terhipnotis oleh televisi. Salah satunya, sebaiknya membuat kesepakatan dengan
sang anak akan jadwal menonton televisi, tentang mana acara yang boleh ditonton
dan yang tidak boleh ditonton, kapan waktu beribadah, waktu makan, waktu
belajar, waktu tidur, bahkan waktu membantu orang tua di rumah dan berikan sanksi
bila melanggar. Orang tua juga harus memberi contoh yang bijak dengan tidak
banyak menonton televisi. Jika anak melihat orang tuanya sering menonton
televisi sedangkan ia tidak diperbolehkan, tentu anak akan menganggap itu tidak
adil. Orang tua juga dapat memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru
sebagai alternatif pengganti acara televisi. Seperti Bercocok tanam,
Jalan-jalan, Menulis surat, Berolah raga, mengikuti kursus dan hal-hal positif
lainya, yang dapat mengantarkan sang buah hati menjadi lebih baik.
Diterbitkan juga di : http://www.dakwatuna.com/2014/05/23/51788/tayangan-televisi-yang-semakin-merusak-perkembangan-anak/
0 komentar:
Posting Komentar