(
Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )
Manusia
merupakan makhluk multi dimensional. Salah satu dimensi eksistensialnya adalah
dimensi afeksi dan perasaan. Dengan dimensi ini manusia terkadang merasakan
kegembiraan dan keceriaan. Terkadang terkejut dan takut. Terkadang juga
lantaran beberapa faktor, dirundung kesedihan dan kepiluan.
Kesedihan
dan kesenangan merupakan dua hal yang berbeda, namun sebenarnya saling
melengkapi. Seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bahagia, jika ia
belum pernah mengalami kesedihan. Dan sebaliknya, seseorang tidak akan pernah
tahu bagaimana rasanya kesedihan, jika ia tidak mengerti apa itu kesenangan.
Kedua hal sudah tidak bisa ditepis lagi, karena semua manusia pasti pernah
mengalaminya, bahkan bisa dikatakan sudah menjadi kodrat manusia.
Kesenangan
dan kebahagiaan sudah pasti merupakan idaman semua manusia. Setiap detik yang
dilakukanya pasti bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan yang diinginkan, mulai
dari mengumpulkan harta yang banyak, pendidikan yang tinggi, hingga keluarga
yang sejahtera. Namun tidak banyak dari mereka mewujudkanya dengan cara yang
benar. Demi kesenangan, seseorang rela membunuh temanya sendiri, demi harta
yang berlimpah seorang pejabat menjadi koruptor, tanpa memperhatikan dampak
yang terjadi di kalangan bawah. Segala macam cara menjadi halal dan syariat
yang seharusnya menjadi pijakan tidak lagi dihiraukan, demi mencapai kesenangan
yang diinginkan.
Berbeda
dengan kebahagiaan. Kesedihan dan kesengsaraan merupakan suatu hal yang sangat
tidak diinginkan semua orang, bahkan banyak dari mereka yang dirundu kesedihan
putus asa dalam menjalani hidup hingga akhirnya mengakhiri hidupnya. Sungguh
suatu perbuatan yang sangat disayangkan, yang mana seharusnya mereka bisa
menyelesaikanya dengan baik namun diselesaikan dengan cara yang salah. Memang
terkadang anggapan mereka cara satu-satunya untuk menyelesaikan masalah adalah
dengan cara mengakhiri hidup, padahal dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
Kebanyakan manusia tidak mengetahui, betapa dekatnya ia dengan keberhasilan
disaat ia menyerah.
Bersabar
dan bersyukur, dua hal inilah yang harus dimiliki oleh setiap manusia, karena
sampai kapanpun manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang dimilikinya.
Selesai dengan kebutuhan yang satu, manusia akan bergegas untuk segera memenuhi
kebutuhan yang lebih dari sebelumnya. Sebenarnya sifat dan hasrat tidak pernah
puas ini baik, karena dengan ini manusia akan selalu berusaha menjadi lebih
dari sebelumnya. Namun di sisi lain hal ini menjadi sumber dari masalah
kehidupan. Sebuah misal, pada saat seseorang mempunyai rasa iri dengan sesuatu
yang dimiliki orang lain dan disertai dengan ambisi yang tinggi, namun ia tidak
memiliki kapasitas untuk memiliki sesuatu itu, maka ia akan membenarkan segala
cara untuk memilikinya termasuk mencuri. Dengan bersabar dan bersyukur, manusia
akan dapat membentengi sifatnya yang tidak pernah akan puas dengan sesuatu yang
dimilikinya.
“Dan
boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi
engkau menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu”. Inilah kalimat yang
Allah firmankan dalam al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 216. Terkadang manusia
membenci sesuatu, yang mana sesuatu itu padahal amat baik baginya dan menyukai
sesuatu, padahal amat buruk baginya.
Kesedihan
di dunia tidak bisa disebut kesedihan jika akhirnya mendapatkan surga. Dunia
merupakan penjara bagi mereka yang beriman dan bertaqwa, yang mana dalam
kehidupanya mereka tidak leluasa bergerak bebas, disetiap langkahnya terdapat
syariat yang mengikatnya. Bagi mereka yang taat dengan syariat Islam, walaupun
di dunia mereka sangat berat dan sengsara, di akhirat nanti mereka akan
mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan yang sejati yakni surga, yang sisebabkan
karena keimanan dan ketaqwaan yang dimilikinya.
Kesenangan
di dunia tidak bisa disebut kesenangan jika akhirnya mendapatkan neraka. Mereka
yang telah buta dari jalan yang lurus akan menganggap dunia yang sementara ini
sebagai surga. Disetiap langkahnya mereka tidak peduli dengan syariat Islam,
bahkan menganggapnya sebagai sumber pengekangan hidup. Dalam pikiran mereka
tidak ada halal dan haram, yang ada hanya foya-foya dan bagaimana menikmati
hidup yang sekali ini dengan kesenangan yang semu.
Sebagai
umat Islam, kita harus paham akan arti kesedihan dan kesenangan yang sejati,
agar tidak terjerumus dalam lembah nafsu yang akan mengantarkan kepada
kesesatan. Bersyukur saat mendapatkan nikmat dan bersabar saat diberi cobaan
oleh Allah merupakan suatu keharusan bagi umat Islam, karena Allah tidak akan
memberi cobaan kepada hambanya diluar batas kemampuanya.
Kesedihan dan kesenangan merupakan dua hal yang berbeda, namun sebenarnya saling melengkapi. Seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bahagia, jika ia belum pernah mengalami kesedihan.
BalasHapusLukQQ
Situs Ceme Online
Agen DominoQQ Terbaik
Bandar Poker Indonesia