Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin
Dewasa
ini, alat canggih yang mampu menampilkan gambar dan mengeluarkan suara, yang
disebut dengan Televisi, sudah bukan merupakan sesuatu yang asing bagi kita,
bahkan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kebanyakan orang. Sebagai media,
televisi menawarkan berbagai kegunaan, mulai dari sumber informasi, hiburan,
hingga ladang profit yang menggiurkan. Selain kegunaan di atas, melalui beragam
tayangannya televisi mampu menjadi senjata yang ampuh dalam merusak moralitas
pemuda pemudi bangsa.
Dahulu
banyak tayangan televisi yang bersifat edukatif, kalau dulu ada yang namanya
“Rangking 1”. Sebuah tayangan yang dapat menambah wawasan kita akan ilmu
pengetahuan, yang disajikan dengan menarik, sehingga tidak menjadikan penonton
bosan. Berbeda dengan sekarang, tayangan televesi edukatif seperti serasa sirna
tergeserkan dengan televisi yang membosankan dan tidak mendidik. Paling-paling
hanya beberapa yang masih ada, seperti Petualangan Si Bolang dan Laptop Si
Unyil, selebihnya penulis kurang bisa memberi tanggapan, karena penulis sendiri
malas dan jarang menonton televisi.
Tayangan
televisi sekarang jika dikatakan menghibur, ya memang menghibur, namun sekali
lagi tidak mendidik. Dulu pintar dalam sehari bisa, dan sekarang rusak dalam
sehari juga bisa. Bagaimana tidak, adegan yang tidak mendidik seperti porno dan
kekerasan justru menjadi hal yang memikat hati para penonton. Ya walaupun tidak
telanjang bulat atau masih disensor tayangan ini tetap dirasa memberi pengaruh
negatif, khususnya bagi anak dibawah usia 18 tahun. Akhirnya hal ini bisa
menjadi pemicuh kasus pemerkosaan yang meresakan umat.
Dulu
sempat saya bertanya, kenapa adegan porno disensor? Jawabnya karena adegan ini
berdampak negatif bagi anak dibawah usia. Kembali saya bertanya, lalu bagaimana
dengan adegan kekerasan atau perkelahian dalam film dan sinetron? Bukankah hal
itu juga berdampak negatif. Jika alasan sensor adegan porno karena dampak
negatif, seharusnya adegan perkelahian juga disensor atau sekalian tidak
ditayangkan. Sayang sekali bukan, jika niatnya nonton televisi untuk hiburan
malah berujung kekerasan.
Untuk
itu pengawasan orang tua akan tayangan televisi yang baik akan menjauhkan anak
dari dampak negatif dari tayangan televisi. Orang tua harus dapat memilah dan
memilih acara yang tepat dengan usia sang buah hati. Jangan biarkan anak
menyaksikan acara yang tidak sesuai dengan usianya. Orang tua menemani sang
anak nonton, bukan malah orang tua yang ditemani anak menonton televisi.
Diterbitkan di Dakwatuna
0 komentar:
Posting Komentar