Rozakpedia.blogspot.com - Filsafat itu menyesatkan. Kalimat ini kerap kali terdengar di
telingaku. Benar atau tidaknya saya tak bisa menjawab secara pasti. Bagiku,
kalimat tersebut tidak sepenuhnya benar. Filsafat itu menantang, bagi saya.
Nah, yang tidak bisa mengalahkan tantangan di dalamnya, filsafat bisa berujung
pada kesesatan. Filsafat membangun pola pikir yang unik dan kritis. Semakin
dalam mengkaji filsafat biasanya akan semakin aneh-aneh apa yang dipertanyakan,
yang lebih ekstrem mempertanyakan eksistensi Tuhan. Mungkin ini kali ya yang
membuat kebanyakan orang menganggap filsafat itu menyesatkan dan enggan
mempelajarinya.
Kawan, izinkan daku bertanya!! Misalkan kita tengah belajar bela
diri, sehingga menjadi ahli bela diri. Lalu suatu ketika, ketrampilan yang
harusnya kita gunakan dalam kebaikan justru kita jadikan dalam kejahatan.
Memalak adik kelas di sekolah, misalnya. Dengan kasus seperti ini bisakah ‘bela
diri’ dicap sebagai ilmu yang merusak? Kalau saya lebih suka mengatakan pelaku
bela diri itu yang merusak, dan bukan ilmu bela diri tersebut.
Nah kawan, sama halnya dengan filsafat. Kadang orang yang belajar
filsafat itu bisa saja menyesatkan, sekali lagi saya bilang ‘orangnya’ bukan
‘filsafatnya’. Dan orang yang menyesatkan karena belajar filsafat tuh ya tidak
semua. Bagiku yang menyesatkan tuh orang yang baru belajar filsafat sudah
berani petentang-petenteng, ngetes teman seusianya yang masih polos masalah
begituan. Selain mencari eksistensi biar dianggap pinter, otak-otak seperti ini
nih yang menyesatkan. Kembali lagi, pelakunya yang tidak bisa berlaku
bijaksana, dan bukan filsafatnya.
Kawan, filsafat itu berasal dari kata ‘Philos’ artinya cinta dan
‘Shopia’ artinya kebijaksanaan, maka filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Ingat
pada paragraf pertama kukatakan filsafat adalah tantangan, yuppss tantangan
untuk kita menjadi bijaksana. Semakin orang belajar filsafat, harusnya ia
semakin bijaksana. Filsafat membangun pola pikir kritis, bukan berarti
menyesatkan. Pola pikir yang terbentuk, merangsang kita menemukan apa di balik
apa, dan dengan cara apa? Dan hal itu bisa menjadikan kita semakin bijaksana.
Lanjut...
Bagiku, filsafat mengajarkan kita menjadi pendengar yang baik walau
sebenarnya telinga tidak ingin mendengarkan hal itu. Melatih kita menghargai
pendapat, dengan tidak menyalahkan pendapat orang lain, walau kita meyakini pendapat
pribadi adalah yang paling kuat. Menjadikan kita tidak memandang orang lain
sebelah mata, dengan senyuman yang indah. Itulah kebijaksanaan yang saya
maksud. Ingat kawanku, ilmu itu tergantung bagaimana kita mengamalkannya. Maka dari
itu, jangan takut untuk belajar, apapun itu.
**********
Kawanku, nasehati aku dikala berbuat salah dan setiap waktu.
(Rozak Al-Maftuhin)
**********
“Kalau kita belajar, kita harus berprasangka yang baik”
- K.H. Ahmad Dahlan -
0 komentar:
Posting Komentar