Minggu, 17 Agustus 2014
Wahai guruku, sudahkah engkau memahamiku?
(Oleh.
Abdul Rozak Ali Maftuhin)
Guru
merupakan penerus dan pejuang risalah para nabi. Beban yang sangat berat berada
pada pundak mereka, untuk berdakwah dan mengabdi guna mencerdaskan
generasi-generasi baru. Menjadi seorang guru adalah hal yang sangat mudah,
semua orang bisa melakukannya. Namun menjadi guru yang baik dan profesional
bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan sembarang orang. Selain dibutuhkan
ketrampilan dan keilmuan yang mumpuni, menjadi seorang guru yang hebat perlu
memiliki niat dan jiwa yang tulus untuk mencerdaskan para muridnya, karena
sejatinya guru bukanlah profesi komersil.
Selain
penerus perjuangan para nabi, guru juga sering diartikan sebagai panggilan
jiwa. Semangat juang yang mereka pegang erat menjadi ideologi yang mutlak. Bagi
para murid dan orang tua, guru adalah orang tua kedua yang berada di sekolah.
Maka dengan itu, seorang guru wajib mengajarkan ilmu-ilmu yang baik, serta suri
tauladan yang bijak kepada para muridnya. Agar sang murid kelak akan menjadi
pilar-pilar kemajuan bangsa.
Guru
yang baik dan bijak ialah mereka yang selalu memperdalam keilmuanya dan selalu
up to date dalam memperhatikan keadaan para muridnya. Seorang guru juga harus
bisa menjadi teman dekat, bukan malah menjadi orang yang ditakuti para
muridnya. Karena jika murid senang dan nyaman dengan gurunya, hal ini akan
memudahkan dalam penyerapan sesuatu yang diajarkan oleh guru, begitu pula
sebaliknya, jika murid merasa tertekan dan tidak nyaman dengan gurunya, hal ini
akan menyebabkan murid sulit dalam menyerap sesuatu yang diajarkan oleh
gurunya.
Menjadikan
guru sebagai penghasilan utama merupakan suatu kekeliruan. Karena dengan hal
ini banyak guru yang mengabaikan tugasnya sebagai pendidik, berpaling dari
kewajibanya untuk mencerdaskan para muridnya, karena lebih mengutamakan gajinya
daripada proses belajar mengajar yang baik dan benar. Tentu saja hal ini
menjadi kesalahan yang fatal, karena sejatinya kesuksesan murid dipengaruhi
oleh keberhasilan guru dalam mengajar.
Dalam
kegiatan pendidikan sehari-hari, masih banyak dijumpai guru yang melakukan kesalahan-kesalahan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Namun kesalahan-kesalahan tersebut
sering kali tidak sadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap
hal biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan oleh guru, akan
berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Sebagai manusia biasa,
tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan. Namun bukan berarti
kesalahan guru harus dibiarkan begitu saja tanpa dicarikan jalan keluar yang
bijak.
Di balik kesedihan dan kesenangan yang sementara
(
Oleh. Abdul Rozak Ali Maftuhin )
Manusia
merupakan makhluk multi dimensional. Salah satu dimensi eksistensialnya adalah
dimensi afeksi dan perasaan. Dengan dimensi ini manusia terkadang merasakan
kegembiraan dan keceriaan. Terkadang terkejut dan takut. Terkadang juga
lantaran beberapa faktor, dirundung kesedihan dan kepiluan.
Kesedihan
dan kesenangan merupakan dua hal yang berbeda, namun sebenarnya saling
melengkapi. Seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bahagia, jika ia
belum pernah mengalami kesedihan. Dan sebaliknya, seseorang tidak akan pernah
tahu bagaimana rasanya kesedihan, jika ia tidak mengerti apa itu kesenangan.
Kedua hal sudah tidak bisa ditepis lagi, karena semua manusia pasti pernah
mengalaminya, bahkan bisa dikatakan sudah menjadi kodrat manusia.
Kesenangan
dan kebahagiaan sudah pasti merupakan idaman semua manusia. Setiap detik yang
dilakukanya pasti bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan yang diinginkan, mulai
dari mengumpulkan harta yang banyak, pendidikan yang tinggi, hingga keluarga
yang sejahtera. Namun tidak banyak dari mereka mewujudkanya dengan cara yang
benar. Demi kesenangan, seseorang rela membunuh temanya sendiri, demi harta
yang berlimpah seorang pejabat menjadi koruptor, tanpa memperhatikan dampak
yang terjadi di kalangan bawah. Segala macam cara menjadi halal dan syariat
yang seharusnya menjadi pijakan tidak lagi dihiraukan, demi mencapai kesenangan
yang diinginkan.
Berbeda
dengan kebahagiaan. Kesedihan dan kesengsaraan merupakan suatu hal yang sangat
tidak diinginkan semua orang, bahkan banyak dari mereka yang dirundu kesedihan
putus asa dalam menjalani hidup hingga akhirnya mengakhiri hidupnya. Sungguh
suatu perbuatan yang sangat disayangkan, yang mana seharusnya mereka bisa
menyelesaikanya dengan baik namun diselesaikan dengan cara yang salah. Memang
terkadang anggapan mereka cara satu-satunya untuk menyelesaikan masalah adalah
dengan cara mengakhiri hidup, padahal dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
Kebanyakan manusia tidak mengetahui, betapa dekatnya ia dengan keberhasilan
disaat ia menyerah.