Kamis, 06 Oktober 2016
Keberagamaan
Oleh. Rozak Al-Maftuhin
Agama bukan hanya sekedar peribadatan yang bersifat fisik
semata. Lebih dari itu, agama mencoba untuk menembus sisi kebatinan seseorang.
Menjadikan seseorang yang beragama merasakan kenyamanan dan kedalaman
spiritual, baik bersifat individual, sosial, alam, dan pada puncaknya hubungan
seorang hamba dengan Tuhannya.
Pernahkah kita merasa tenang disaat tertimpa musibah?
Memasrahkan semua kepada Tuhan. Pernahkah kita merasakan damainya jiwa ketika
bersujud menghadap Tuhan seraya memuji kebesaran-Nya? Pernahkah kita
mengorbankan jiwa dan raga untuk agama yang kita yakini guna mengharapkan
rida-Nya? Jika jawabannya “Ya”, maka saat kita sedang beragama.
Kaitannya dengan agama, kita ketahui bersama terdapat
beraneka ragam agama di dunia. Keberagamaan merupakan suatu keniscayaan yang
tak terelakkan lagi. Beruntung bagi mereka yang mampu menghargai keberagamaan
sebagian yang lain. Sikap menghargai tersebut membuat mereka diselimuti
kedamaian, karena tidak sibuk mengintervensi agama lain. Berlaku sebaliknya
bagi mereka yang tidak menghargai perbedaan agama. Kesehariannya akan
disibukkan untuk menyalahkan agama lain. Jiwa akan keruh, hati akan gundah,
sehingga kedamaian dalam beragama hanya menjadi angan.
Saya pernah duduk dalam satu ruangan yang sama dengan
orang-orang yang berbeda agama dengan saya. Duduk dalam suasana hening, melebur
dalam kebersamaan, saling memanjatkan doa kepada Tuhan masing-masing. Tak ada
yang perlu dipermasalahkan. Saya nyaman dengan mereka, dan mereka juga nyaman
dengan keberadaan saya. Saya menggumam dalam hati, “apakah ini yang dinamakan
kedamaian dalam beragama?”.
Apalah daya, saya hanya bisa berandai-andai, memimpikan
suatu kehidupan yang guyup rukun dalam keberamanaan. Usai berdoa bersama, kami
saling tegur sapa disertai senyuman indah di wajah. Sungguh indah keberagamaan
ini. Saya merasakan keindahan itu hingga keluar dari pintu ruangan tersebut.
Senin, 19 September 2016
Tuhan dan Manusia
Oleh. Rozak Al-Maftuhin
Kehidupan tak pernah lepas dari yang kebaikan dan
keburukan, rasanya memang seperti itu. Bahkan ada ungkapan, kebaikan tidaklah
lengkap tanpa keburukan, karena kita akan tahu bahwa sesuatu itu baik karena
ada buruk, dan sebaliknya. Bagaikan tangan kanan dan tangan kiri, kebaikan dan
keburukan saling melengkapi.
Setiap dari kita pasti pernah melakukan kebaikan, begitu
pula dengan keburukan. Berbeda dengan Tuhan, yang tak pernah melakukan
keburukan atau kesalahan. Dia Maha Adil juga Maha Bijaksana, Dia menciptakan
dan menetapkan sesuatu untuk kebaikan kita. Tuhan merupakan sumber kebaikan.
Seribu keburukan yang telah kita lakukan akan sirna dengan satu kebaikan, dan
puncak kebaikan tersebut adalah taubat kemudian beristiqomah.
Tuhan memiliki sifat Maha Pengampun yang begitu dasyatnya
terhadap kita. Lalu kita serasa berbanding terbalik dengan-Nya. Ketika Tuhan
mampu meleburkan seribu keburukan dengan satu kebaikan, tapi kebanyakan dari
kita justru meleburkan seribu kebaikan hanya dengan satu keburukan. Beribu-ribu
kebaikan serasa tak ada artinya ketika kita berbuat keburukan setelahnya.
** Ditulis di
ruang Tata Tertib SMAN 3 Malang – 20 September 2016 **
Minggu, 18 September 2016
Diam Tak Peduli
Oleh. Rozz Imperata
Idealnya manusia hidup kolektif, saling membutuhkan satu
sama lain. Adakalanya seseorang tak bisa melakukan sesuatu itu seorang diri.
Dua kakinya tak mampu menahan berat langkahnya, sehingga membutuhkan pundak
orang lain untuk bersandar. Kadang kepentingan pribadi tak dihiraukan, karena
kepentingan bersama lebih diutamakan.
Namun keadaan tidak seindah yang kelihatannya. Kekecewaan
terkadang menghampiri mereka yang hidup berkelompok. Ketika kepentingan pribadi
lebih diutamakan ketimbang kepentingan bersama. Akhirnya, oportunis seakan
menjadi pilihan yang tak bisa dihindari. Mungkin awalnya berjalan bersama,
hingga akhirnya terpecah dengan jalannya masing-masing.
Diam tak peduli, biarkan semua berjalan apa adanya. Nasehat
hanya menjadi ajang menganggukkan kepala sejenak, lalu memalingkan wajah
setelahnya. Diam tak peduli, biarkan hasil menentukan proses. Diam tak peduli,
biarkan semua mengalir dengan senyum di wajah.